Pakan ayam biasanya terdiri dari biji-bijian dan kedelai yang diimpor oleh Malaysia. Namun, Singapura terdesak untuk mempertimbangkan alternatif di tengah kekurangan pakan global yang berpotensi membuat harga naik.
Peternak unggas Syaizul Abdullah Syamil Zulkaffly menyatakan, peternak bisa saja menggunakan pakan berkualitas rendah. Konsekuensinya, unggas tidak tumbuh secepat biasanya dan pasokan pun otomatis akan lebih lambat.
Sebelumnya, peternakan ayam broiler milik Syaizul mampu panen sebanyak tujuh kali dalam setahun, dengan panen 45 ribu ekor per siklus. Tahun ini, dia mengharapkan hanya lima siklus panen.
Syaizul mulai merasakan beban biaya operasional yang lebih tinggi selama pandemi. Dia mengatakan, larangan ekspor hanya akan memperburuk keadaan bagi peternak unggas.
"Saya tidak tahu apakah industri ini dapat menopang saya untuk lima atau 10 tahun ke depan," kata Syaizul yang mengaku harus berutang untuk memenuhi biaya.
"Mungkin saya harus bekerja di pom bensin atau sesuatu yang lebih baik, lebih sedikit sakit kepala daripada sebatas mengelola peternakan ayam," ujarnya.