EKBIS.CO, JAKARTA -- Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia dari S&P Global tercatat di posisi 50,8 pada Mei 2022. Angka itu turun pada April 2022 yang berada di level 51,9.
Hal itu dinilai menggambarkan sembilan bulan berturut-turut kondisi bisnis membaik pada seluruh sektor manufaktur Indonesia. Hanya saja, laju pertumbuhan merupakan yang paling lambat pada periode saat ini dan tergolong marginal.
Produksi manufaktur turun untuk pertama kali dalam sembilan bulan pada Mei, meski pada laju fraksional. Anggota panel sering menyebutkan, penurunan disebabkan oleh gangguan pasokan.
Sementara menurut panelis, permintaan baru secara keseluruhan mengalami ekspansi tingkat sedang, dengan kondisi permintaan yang relatif kuat dan pemenangan klien baru mendorong kenaikan terkini. Lalu permintaan asing naik pada pertengahan menuju kuartal kedua.
“Menurut PMI Manufaktur Indonesia S&P Global, kondisi bisnis pada seluruh sektor manufaktur Indonesia membaik pada laju lebih lambat pada Mei. Bukti anekdotal survei menunjukkan, produksi manufaktur sedikit turun pada pertengahan menuju kuartal kedua, karena gangguan pasokan menghambat sektor," ujar Economics Associate Director S&P Global Market Intelligence Jingyi Pan melalui keterangan resmi, Kamis (2/6/2022).
Ia menambahkan, perpanjangan waktu pengiriman dari pemasok, ditambah kenaikan harga terus-menerus, dan cepat, menyoroti hambatan pasokan yang berdampak pada performa sektor manufaktur Indonesia pada Mei. "Kabar baiknya adalah permintaan terus naik, namun harus diperhatikan seberapa jauh output manufaktur mungkin akan terdampak ke depannya," jelas dia.
Dia menjelaskan, kepercayaan diri berbisnis di antara perusahaan manufaktur Indonesia kembali berkurang pada Mei. Meski pertumbuhan berkelanjutan pada tingkat ketenagakerjaan dan aktivitas pembelian menggambarkan optimisme terkait output masa mendatang di antara perusahaan, yang mana merupakan pertanda positif survei PMI Mei.