EKBIS.CO, JAKARTA -- Sebanyak lima pabrik gula berbasis tebu baru di Indonesia membentuk asosiasi bernama Gabungan Produsen Gula Indonesia (Gapgindo). Asosiasi gula itu akan dideklarasikan pada hari ini. Kamis (9/6/2022), dalam Musyawarah Nasional perdana.
Kelima pabrik gula baru itu di antaranya PT Rejoso Manis Indo di Kabupaten Blitar dan PT Kebun Tebu Mas di Lamongan, Jawa Timur. Kemudian PT Pratama Nusantara Sakti di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan lalu PT Muria Sumba Manis di Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur serta PT Prima Alam Gemilang di Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara.
Imbauan Presiden Joko Widodo untuk menggenjot investasi pabrik gula berbasis tebu mendapatkan respons positif dari para investor. Baik investor dalam negeri maupun luar negeri. Mereka berinvestasi membangun pabrik gula baru dan modern berbasis tebu di Indonesia.
Koordinator Nasional Munas I Gapgindo, Syukur Iwantoro, mengatakan, total investasi dari lima pabrik tersebut mencapai Rp 20 triliun. Kelima pabrik gula itu baru beroperasi sekitar 2-3 tahun terakhir. Rata-rata kapasitas penggilingan tebu antara 8 ribu hingga 12 ribu ton per hari selama lima bulan musim panen tebu.
"Diperkirakan kelima pabrik gula beroperasi maksimal sesuai kapasitas giling terpasang mulai tahun 2024. Dengan tingkat rendemen antara 8 – 9 persen, kelima pabrik gula bisa memberikan kontribusi produksi gula kristal putih sekitar 600 ribu ton atau 20 persen dari produksi gula nasional," katanya dalam pernyataan resmi diterima Republik.co.id, Kamis (9/6/2022).
Dengan tingkat rendemen antara 7 – 8,5 persen, pada musim giling tahun 2022 ini kelima pabrik diharapkan bisa memproduksi gula sebanyak 400 ribu ton. Sejauh ini kelima pabrik menyerap tenaga kerja 40 ribu orang.
Syukur mengatakan, selama proses pembangunan sampai mulai berproduksi, kelima pabrik gula dipertemukan oleh kesamaan dan visi ke depan untuk bisa berkontribusi secara nyata untuk produksi gula nasional. "Ini bisa dilakukan melalui berbagai inovasi teknologi, baik di tingkat on farm maupun off farm," katanya.
Di level on farm seperti penataan sistem irigasi, perbenihan, teknologi budidaya, dan penanganan panen tebu. Sedangkan pada level off farm melalui diversifikasi produk secara vertical dan proses produksi yang aman serta ramah lingkungan.
Di luar itu, kelima pabrik gula juga dihadapkan pada kesamaan senasib sepenanggungan. Kelima pabrik berbasis sumber daya ini rata-rata dibangun di wilayah terpencil. Kendala utama yang ditemui adalah terbatasnya infrastruktur pendukung, terutama infastruktur fisik.
Karenanya, Syukur mengatakan, kelima pabrik gula baru tersebut berinisiatif mendirikan wadah bersama. "Ke depan, Gapgindo terbuka bagi pabrik gula lain yang mempunyai visi yang sama untuk bergabung. Selain selain wadah mewujudkan visi, Gapgindo juga akan menjadi mitra strategis pemerintah dalam merajut asa, yakni membangun kembali kejayaan pergulaan di Bumi Nusantara," kata dia.