Rabu 13 Jul 2022 12:52 WIB

Sri Lanka Bangkrut, Sri Mulyani: Indonesia Prudent dan Berdaya Tahan

Menkeu berjanji Indonesia tidak terlena meski kondisi ekonomi tahan guncangan.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Menteri Keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani menyampaikan kondisi ekonomi Indonesia masih kuat dalam menghadapi guncangan dari krisis global. Indonesia masuk dalam proyeksi Bloomberg terkait kenaikan potensi resesi sejumlah negara termasuk di Asia.
Foto: ANTARA/Akbar Nugroho Gumay
Menteri Keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani menyampaikan kondisi ekonomi Indonesia masih kuat dalam menghadapi guncangan dari krisis global. Indonesia masuk dalam proyeksi Bloomberg terkait kenaikan potensi resesi sejumlah negara termasuk di Asia.

EKBIS.CO,  NUSA DUA -- Menteri Keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani, menyampaikan kondisi ekonomi Indonesia masih kuat dalam menghadapi guncangan dari krisis global. Indonesia masuk dalam proyeksi Bloomberg terkait kenaikan potensi resesi sejumlah negara termasuk di Asia.

"Dalam dua tahun ini kita diguncang oleh berbagai hal, pandemi, inflasi, disrupsi pasokan global, perang. Kita sudah belajar dari krisis yang lalu, semuanya memperkuat fondasi, sekarang kita jauh lebih prudent, resiliensinya lebih bagus," katanya dalam konferensi pers di Sofitel Nusa Dua, Bali, Rabu (13/7).

Indonesia berpotensi sebesar tiga persen untuk resesi. Di posisi pertama, Sri Lanka sebesar 85 persen berpotensi resesi. Diikuti oleh Selandia Baru dengan potensi sebesar 33 persen, Korea Selatan dan Jepang sebesar 25 persen, China Hong Kong Australia Taiwan Pakistan sebesar 20 persen, Vietnam Thailand sebesar 10 persen, Filipina delapan persen, dan Indonesia tiga persen. Sementara itu, India tidak berpotensi resesi.

Meski demikian, Sri mengatakan, Indonesia tidak boleh terlena dan harus tetap waspada terhadap segala dinamika yang terjadi. Ia juga menekankan kondisi di setiap negara akan berbeda dalam merespons kondisi tergantung dari ketahanan perekonomiannya.

Ketahanan ekonomi akan dipengaruhi oleh sejumlah indikator, mulai dari kesehatan APBN, neraca pembayaran, cadangan devisa, nilai tukar, tingkat inflasi, pertumbuhan ekonomi, kondisi industri, rumah tangga dan lainnya. Ekonomi domestik sendiri dinilai sudah mulai kembali ke masa pra-pandemi.

"Ini tidak berarti kita terlena, kita akan gunakan semua instrumen kebijakan, fiskal moneter, sistem jasa keuangan, kita akan terus pantau juga terutama eksposure di korporasi Indonesia," kata Sri.

Kondisi terkini perekonomian, termasuk potensi resesi dan perkembangan di Sri Lanka juga akan masuk dalam pembahasan perekonomian global. Segala ancaman terhadap pemulihan ekonomi global akan menjadi perhatian utama untuk dibahas dalam Finance Minister Central Bank Governors and Finance and Central Bank Deputies (FMCBG-FCBD) G20.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement