Rabu 13 Jul 2022 20:22 WIB

Sejumlah Negara Terancam Bangkrut, Apa yang Perlu Dilakukan Indonesia?

Indonesia perlu ambil langkah antisipatif hadapi krisis ekonomi global

Red: Nashih Nashrullah
Krisis Sri Lanka mengancam negara ini jatuh dalam kebangkrutan (Ilustrasi). Indonesia perlu ambil langkah antisipatif hadapi krisis ekonomi global
Foto:

Pertumbuhan ekonomi antardaerah, ungkap Vivi, saat ini masih menyisakan sejumlah daerah yang pertumbuhan ekonominya negatif. 

Pada kondisi saat ini, tambahnya, keberadaan jaring pengaman sosial sangat penting. "Kita harus bisa memanfaatkan ekspor sumber daya alam kita tidak dalam bentuk mentah, tapi lewat bahan olahan," tambahnya. 

Langkah yang sedang dijalani Pemerintah saat ini, ujar Vivi, berupaya menerapkan penyaluran pengaman sosial yang lebih komperhensif lewat perbaikan data, dan tidak sekadar charity. 

Namun, tambahnya, lebih kepada aspek penguatan SDM dalam upaya memberi perhatian kepada kelompok miskin dan rentan. 

Presiden Direktur Celebes Capital, Bambang Adi Prasetyo, menilai kondisi pergerakan ekonomi yang terjadi saat ini merupakan sebuah siklus, seperti dalam sebuah bejana berhubungan. Pergerakan ekonominya, tergantung oportunity di sektor-sektor yang dinilai menguntungkan.  

Bagi investor, jelas Bambang, yang dicari adalah yield yang tinggi, sehingga selalu mencari instrumen baru. "Selalu ada peluang dalam setiap tantangan yang ada," ujarnya.  

Berdasarkan analisa Bambang, ada tiga sektor yang sangat dibutuhkan dunia saat ini yaitu sektor pangan, energi dan air. Dengan berfokus pada pengembangan di tiga sektor tersebut, tambah Bambang, diharapkan Indonesia bisa meningkatkan daya tahan ekonominya.  

Peneliti INDEF bidang Ekonomi Industri, Perdagangan dan Investasi, Ahmad Heri Firdaus, berpendapat, tidak stabilnya kondisi global menyebabkan sejumlah negara melakukan kebijakan pembatasan ekspor yang berdampak pada menipisnya pasokan dunia.  

Baca juga: India Tangkap Tersangka Pemenggal Kepala Warga Hindu Pro Penghinaan Nabi   

Menurut Ahmad, bila Pemerintah tidak mampu mengatasi subsidi BBM seiring dengan kenaikan harga minyak dunia akan menciptakan inflasi yang semakin tinggi. "Defisit APBN 3 persen menjadi sulit terwujud," ujarnya.  

Menurut Ahmad, dalam setiap krisis pasti ada pemicunya sehingga kita harus mampu memitigasi dan mengelola faktor pemicunya agar mampu mengatasi krisis itu.  

 

Sejumlah upaya yang harus dilakukan, tambah Ahmad, antara lain adalah menjaga produktivitas masyarakat lewat sejumlah insentif usaha, peningkatan pemanfaatan produk dalam negeri dan penerapan non tarif measures (NTMs) untuk impor sehingga barang-barang yang diimpor benar-benar meningkatkan produktivitas di dalam negeri. "Bukan antiimpor, tetapi impor kita harus selektif," kata dia.   

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement