Jumat 15 Jul 2022 18:42 WIB

Dukung Subsidi Pupuk, PT Pupuk Indonesia Berencana Produksi 8 Juta Ton Urea

Saat ini pemerintah hanya memberikan subsidi untuk dua jenis pupuk, urea dan NPK.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Nidia Zuraya
PT Pupuk Indonesia (Persero) menargetkan bisa memproduksi sekitar 8.096.000 ton pupuk urea pada tahun ini.
Foto: istimewa
PT Pupuk Indonesia (Persero) menargetkan bisa memproduksi sekitar 8.096.000 ton pupuk urea pada tahun ini.

EKBIS.CO,  JAKARTA -- PT Pupuk Indonesia menargetkan bisa memproduksi sekitar 8.096.000 ton pupuk urea pada tahun ini. Ditambah sisa stok awal tahun sebanyak 867 ribu ton lebih, maka total stok pupuk urea mencapai 8.963.000 ton lebih.

"Kalau nanti ada perubahan alokasi pupuk bersubsidi urea sekitar 4 juta ton, setidaknya kami masih punya cadangan 4 juta ton lagi kalau ada kebutuhan-kebutuhan subsidi. Kalau tidak kita lakukan di non subsidi," jelasnya dalam konferensi pers bersama Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian di Jakarta, Jumat (15/7/2022).

Baca Juga

Kemudian untuk pupuk NPK, ditargetkan produksi sekitar 3.083.500 ton sepanjang 2022, ditambah stok awal tahun 331.754 ton. Maka totalnya mencapai 3.415.254 ton.

"Kalau sekarang alokasi NPK sekitar 2,4 juta. Jadi kami harap ini cukup untuk memenuhi kebutuhan," tuturnya.

Untuk diketahui, Pupuk Indonesia diamanatkan menyalurkan pupuk bersubsidi sesuai alokasi yang telah ditetapkan. Saat ini alokasi anggaran yang ditetapkan pemerintah mencapai sekitar Rp 25,28 triliun,  disalurkan setidaknya ke 16 juta petani.

Gusrizal menyebut saat ini pihaknya mempunyai control room untuk melihat stok pupuk di seluruh kabupaten Indonesia. Hal ini untuk memonitor ketersediaannya di setiap daerah.

"Jadi setiap pagi kami monitor mana stok yang kuning, hijau. Itu yang jadi bahan kami untuk melakukan pengiriman, penyempurnaan, atau perbaikan kalau ada kendala penyaluran karena ada faktor cuaca dan faktor lainnya," kata dia.

Ia menambahkan, salah satu bahan baku pupuk berasal dari Rusia. Bahan yang diimpor yaitu Kalium untuk kebutuhan produksi pupuk NPK.

Maka, perang Rusia-Ukraina turut mengganggu pasokan Pupuk Indonesia. Selain itu, pengiriman dari negara Eropa Timur seperti Belarus juga terdampak. Padahal negara-negara itu merupakan importir pupuk terbesar bagi Indonesia.

"Kalau kita bicara NPK, N itu dari gas bumi. Kalau P kita masih agak sedikit longgar karena itu rata-rata dari Afrika Utara dan Timur Tengah. K itu memang kenyataannya Pupuk Indonesia harus mengimpor, kita dapat dari Kanada, Belarusia dan Rusia. Jadi itu sekarang daerah-daerah konflik," jelas Gusrizal. Meski begitu, Pupuk Indonesia mengucapkan terima kasih ke pemerintah yang telah memberikan dukungan dalam pasokan gas bumi sebagai bahan utama pupuk.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement