Seperti diketahui, selama WEF 2022 di Davos, Indonesia dan Swiss juga telah menandatangani empat perjanjian ekonomi, antara lain Bilateral Investmen Treaty, Kadin dan Economiesuisse di sektor perdagangan dan sustainability, dan perjanjian Kadin dan Innosuisse di sektor capacity building dan inovasi, serta perjanjian pendirian Indonesia Trading House antara Kadin dan diaspora pengusaha Indonesia di Swiss.
Sementara itu, ekonomi Swiss masih tumbuh positif. Kementerian ekonomi Swiss (SECO) melaporkan GDP Swiss masih tumbuh 0,5 persen pada Kuartal pertama 2022. Pusat penelitian ekonomi Swiss, KOF, memperkirakan pertumbuhan GDP tahun 2022 ini yakni 2,7 persen, dan 1,6 persen pada tahun 2023.
Sementara itu, inflasi untuk pertama kalinya sebesar +3,4 persen di bulan Juni dibandingkan bulan Juni 2021. Angka inflasi ini merupakan angka tertinggi sejak 1993, meski masih dibawah Amerika dan Zona Euro (8,6 persen). Swiss National Bank (SNB) memperkirakan inflasi di Swiss pada tahun 2022 akan mencapai 2,8 persen.
Menurut angka terbaru, produk minyak bumi 48,4 persen lebih mahal pada bulan Juni tahun ini dibandingkan dengan bulan yang sama pada tahun 2021. Biaya tersebut dibebankan kepada konsumen dengan biaya transportasi naik 13 persen. Minyak pemanas, yang digunakan untuk memanaskan banyak rumah di Swiss harganya naik hampir 30 persen.
Selain itu, untuk pertama kalinya sejak tahun 2007, SNB menaikkan suku bunga dari -0,75 persen menjadi -0,25 persen. SNB juga terus berupaya agar nilai tukar Swiss Franc dapat dipertahankan terhadap mata uang lain untuk melawan inflasi.