EKBIS.CO, JAKARTA – Badan Pangan Nasional (NFA) menyatakan siap melakukan operasi pasar telur ayam jika harga dalam pekan ini tidak turun. NFA berharap harga telur ayam dapat turun kurang dari dua pekan seperti yang ditargetkan Presiden Joko Widodo.
Kepala NFA, Arief menjelaskan, kenaikan harga telur saat ini memang tidak bisa dilepaskan dari mekanisme pasar dalam menemukan kembali harga keseimbangannya.
Namun, Arief mengatakan, apabila angka ini bertahan di Rp 30.000 sampai seminggu ini, NFA bersama sejumlah stakeholder akan turun melakukan operasi pasar.
“Apabila minggu ini harga tidak bergerak turun kita akan lakukan intervensi melalui operasi pasar. Diharapkan bisa turun bahkan lebih cepat dari targetnya Presiden,” kata Arief dalam keterangan resminya, diterima Republika.co.id, Rabu (31/8/2022).
NFA telah mengumpulkan seluruh asosiasi peternak ayam petelur, pedagang telur ayam, peternak ayam boiler, produsen jagung, serta perwakilan pemerintah daerah sentra produksi jagung dan unggas. NFA juga berkoordinasi dengan Kementan dan Kemendag guna membahas dan merumuskan komposisi pembentukan harga yang benar.
“Misalnya harga acuan untuk pembelian berapa, harga acuan untuk penjualan berapa. Ini sebenarnya kita sudah sepakati bersama," katanya.
Ia menuturkan, berdasarkan hasil pertemuan dengan asosiasi untuk peternak layer seharusnya harga telur tidak lebih dari Rp 30 ribu per kg.
Arief kemudian mengungkapkan sejumlah faktor penyebab kenaikan harga telur ayam belakangan ini. “Untuk mengatasi suatu permasalahan sangat penting mengetahui penyebab utamanya. Begitu juga dalam permasalahan kenaikan harga telur ayam ini. Jangan sampai mitigasinya keliru sehingga diberikan obat dan dosis yang salah,” ujarnya.
Menurut Arief, ada beberapa faktor yang mendorong kenaikan harga telur ayam, pertama adalah kenaikan harga pakan. Dalam pembentukan harga pakan, ketersediaan dan stabilitas harga komoditas jagung sangat berpengaruh.
Proses bisnis telur dimulai dari ketersediaan dan stabilitas harga pakan dengan bahan baku utama jagung. Ia mengatakan, NFA sudah memberikan solusi menyeluruh. Salah satunya menjaga ketersediaan dan stabilitas harga jagung sebagai bahan baku pakan ayam.
"Saat harga jagung di atas Rp 5.500, kami fasilitasi pendistribusiannya dari sentra-sentra produksi jagung sebagai pakan,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, NFA juga telah memfasilitasi mobilisasi jagung mulai dari Sumbawa dan Dompu, Nusa Tenggara Barat, ke pulau Jawa dan provinsi lainnya. Itu karena di wilayah tersebut mengalami surplus sementara di sejumlah lokasi mengalami defisit.
"Intinya tidak ada alasan dari jagungnya. Kemudian ada komponen pakan impor. Jadi Pakan impor ini yang tidak bisa kita kendalikan. Ini harus disiapkan juga oleh lokal produksinya,” papar Arief.
Faktor penyebab lainnya adalah distribusi. Menurutnya terdapat kenaikan biaya distribusi yang sangat berdampak pada pedagang dan distirbutor.
"Telur ini sebenarnya angka yang wajar antara Rp 27 ribu per kg sampai Rp 29 ribu per kg, itu angka yang wajar hari ini. Tidak mungkin lagi dikembalikan ke harga Rp 22 ribu seperti tahun lalu," ujar dia.