Senin 19 Sep 2022 22:14 WIB

Hunian TOD Perumnas Jadi Angin Segar Warga Jakarta dan Sekitarnya

Kemacetan menjadi salah satu masalah yang masih mendera kaum pekerja di Jakarta.

Rep: m nursyamsi/ Red: Hiru Muhammad
Direktur Utama Perum Perumnas Budi Saddewa Soediro (kanan) menjelaskan tentang proyek hunian milenial kepada Menteri BUMN Erick Thohir (kiri) dan Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara Haru Koesmahargyo (tengah) saat peluncuran hunian milenial terintegrasi transportasi Apartemen Samesta Mahata Margonda, Depok, Jawa Barat, Sabtu (2/4/2022). Samesta Mahata Margonda menjadi salah satu proyek hunian TOD Perumnas yang merupakan kolaborasi antara Perumnas dengan PT PP dan PT KAI yang tidak hanya memiliki konsep terintegrasi dengan transportasi KRL Jabodetabek, namun juga menawarkan pengalaman serta gaya hidup baru bagi generasi milenial dengan konsep 360 Life.
Foto: ANTARA/Yulius Satria Wijaya
Direktur Utama Perum Perumnas Budi Saddewa Soediro (kanan) menjelaskan tentang proyek hunian milenial kepada Menteri BUMN Erick Thohir (kiri) dan Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara Haru Koesmahargyo (tengah) saat peluncuran hunian milenial terintegrasi transportasi Apartemen Samesta Mahata Margonda, Depok, Jawa Barat, Sabtu (2/4/2022). Samesta Mahata Margonda menjadi salah satu proyek hunian TOD Perumnas yang merupakan kolaborasi antara Perumnas dengan PT PP dan PT KAI yang tidak hanya memiliki konsep terintegrasi dengan transportasi KRL Jabodetabek, namun juga menawarkan pengalaman serta gaya hidup baru bagi generasi milenial dengan konsep 360 Life.

EKBIS.CO, JAKARTA -- Pengembangan kawasan hunian berbasis transit oriented development (TOD) yang dilakukan Perum Perumnas dinilai menjadi jawaban atas permasalahan masyarakat perkotaan, seperti di Jakarta dan sekitarnya. Pengamat Properti Ali Tranghanda mengatakan kemacetan menjadi salah satu masalah yang masih mendera kaum pekerja di Jakarta.

Ali menilai hal ini memberi dampak negatif bagi para pekerja yang lebih banyak menghabiskan waktu di jalan, menurunkan konsentrasi kerja, dan waktu bersama bersama keluarga. Hal ini berimbas pada penurunan produktivitas para pekerja sekaligus memicu turunnya kualitas hidup bersama keluarga.

Baca Juga

"Untuk itu, diperlukan terobosan dalam hal penyediaan hunian yang bisa bisa mengatasi permasalahan tersebut, salah satunya seperti pengembangan kawasan hunian berbasis TOD yang pertamakali diperkenalkan dan dipelopori Perum Perumnas," ujar Ali dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (19/9).

Dari sisi pemanfaatan lahan, menurut Ali, TOD dianggap sebagai solusi untuk penataan perkotaan karena mengoptimalkan fungsi lahan yang kian terbatas dan mahal dengan basis transportasi publik di kawasannya. Hal ini akan memudahkan mobilitas penghuni selain mengurangi permasalahan macet hingga polusi perkotaan.

"Kalau kota semakin besar artinya semua penduduk akan ke pinggir wilayah penyangga. Warga penyangga ke Jakarta harus ada transprotasi apakah MRT, LRT, ataupun kereta api. Tapi ketika masuk ke Jakarta dia harus terhubung dengan simpul-simpul TOD yang lebih lengkap," ucap Ali.

Pengamat Transportasi Publik sekaligus Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan, Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno menilai TOD sebagai solusi paling mujarab dalam mengatasi masalah kemacetan yang kerap melanda kota-kota besar. Dengan TOD, ucap Djoko, para pekerja dan masyarakat secara umum akan lebih mudah mengakses moda transportasi umum dari hunian tempat tinggalnya.

"Dengan begitu, masyarakat akan memilih menggunakan moda transportasi umum ketimbang membawa kendaraan sendiri yang menyebabkan kemacetan," kata Djoko.

Djoko mengatakan TOD merupakan konsep pengembangan suatu wilayah dengan orientasi transit transportasi yang lebih mengedepankan perpindahan antarmoda transportasi dengan berjalan kaki atau upaya yang tidak menggunakan kendaraan bermotor.

Direktur Utama Perum Perumnas Budi Saddewa Soediro mengatakan perusahaan kian serius menerapkan proyek hunian berkonsep TOD tersebut. Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2020 yang dilaksanakan BPS pada 2021, ucap Budi, angka backlog perumahan di Indonesia mencapai 12,75 juta.

"Cukup tingginya angka kesenjangan antara ketersediaan dan kebutuhan (backlog) rumah, khususnya di kota-kota besar, menjadi perhatian kita bersama pada sektor properti Indonesia," ujar Budi.

Dalam mengatasi permasalahan ini, lanjut Budi, Perumnas telah melakukan banyak kerja sama dalam penyediaan rumah di kota-kota besar seperti dengan PT KAI (Persero) dalam penyedian hunian berkonsep TOD yang langsung menempel dengan stasiun KRL di beberapa wilayah Jakarta dan sekitarnya.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement