Sementara itu PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk menyarankan masyarakat agar tak perlu khawatir dengan kenaikan suku bunga. Bagi masyarakat yang sudah memiliki keinginan kuat untuk membeli rumah, belilah rumah saat ini sesuai dengan pendapatan dan uang muka serta cicilan kredit pemilikan rumah (KPR) pun bisa mengikuti.
Direktur Utama BTN Haru Koesmahargyo mengatakan tidak ada ruginya membeli rumah saat ini. Justru, katanya, harga rumah ke depan akan semakin tinggi, bahkan melebih tingkat inflasi.
"Jangan ragu beli rumah, kalau ada niat beli rumah, segera beli rumah. Secara ekonomi tidak rugi. Peningkatan harga rumah di atas inflasi," ucapnya.
Menurutnya jika masyarakat ingin membeli rumah dengan cara menabung terlebih dahulu, sebenarnya sah-sah saja. Hanya saja, imbal hasil dari simpanan saat ini rendah.
"Imbal hasil simpanan atau investasi itu kadang-kadang tidak mengejar dengan harga rumah kalau kita beli dulu, beli sekarang, uang yang sama itu dengan pengembangannya bisa sekualitas, sebaik, sedekat rumah yang sama 10 tahun yang lalu apalagi 20 tahun yang lalu. It is now to buy a home buat kita," ucapnya.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, menambahkan kenaikan bunga acuan 50 basis poin menjadi sinyal Bank Indonesia ingin mengimbangi naiknya suku bunga bank sentral AS. Rupiah dinilai tidak bisa bertahan apabila Bank Indonesia tidak menaikkan bunga 50 basis poin.
"Selain itu ada kekhawatiran inflasi karena naiknya harga BBM cukup berbahaya, sehingga respons BI menaikkan bunga cukup agresif. Dampaknya terhadap sektor riil bisa mengurangi minat pelaku usaha meminjam dari perbankan," ucapnya.
Bhima mencermati kredit konsumsi seperti KPR dan kredit kendaraan bermotor akan menurun dalam beberapa bulan ke depan. Bank harus bersiap mencari cara agar nasabah KPR masih tertarik meminjam.
"Bunga pinjaman KPR akan meningkat tajam, bisa lebih dari satu persen untuk bunga floating rate. Bank bisa memberi promo, misal bunga fix rate KPR diperpanjang hingga lima tahun," katanya.
Menurut Bhima, melonjaknya suku bunga tersebut berpotensi berimbas pada menurunnya minat masyarakat membeli rumah pada tahun depan. Tak hanya itu, suku bunga kredit kendaraan bermotor menjadi mahal, dengan variabel utama keputusan beli motor via leasing.
Namun, meskipun dampaknya akan terasa seperti itu, Bhima menyebut Bank Indonesia masih perlu menaikkan 50 basis poin lagi untuk menahan jual bersih asing, khususnya di pasar surat utang karena dolar Amerika Serikat sedang menguat secara signifikan. Dia mencatat, Dollar index naik ke level 111.5 atau melonjak 15,8 persen
“Perkiraan ke depan BI akan menaikkan bunga 50 basis poin lagi, sehingga bunga acuan bisa saja menembus 4,75 - lima persen pada akhir 2022,” ucapnya.