EKBIS.CO, JAKARTA -- Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat sebanyak 35 perusahaan berada dalam pipeline penawaran umum perdana atau Initial Public Offering (IPO). Dari daftar antre IPO tersebut, termasuk juga perusahaan yang terafiliasi BUMN.
"Sebagai informasi, dari 35 calon perusahaan tercatat dalam pipeline pencatatan saham, terdapat perusahaan afiliasi BUMN," kata Direktur Penilai Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna, dikutip Kamis (29/9/2022).
Hingga saat ini, baru ada dua perusahaan terafiliasi dengan BUMN yang mencatatkan sahamnya di BEI. PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) resmi tercatat pada 2021, sedangkan PT Adhi Commuter Properti Tbk (ADCP) resmi tercatat pada tahun ini.
Dari nominal penghimpunan dana, Nyoman menjelaskan, beberapa diantaranya menargetkan emisi lebih dari Rp 1 triliun. Sejumlah perusahaan tersebut bergerak pada sektor Energy, Technology, dan Financials.
"Kami berharap semakin banyak perusahaan termasuk BUMN dan entitas anak yang memanfaatkan pasar modal Indonesia utk mendukung pertumbuhannya," kata Nyoman.
Berdasarkan jadwal yang disampaikan, 35 calon perusahaan tercatat menargetkan pencatatannya pada tahun ini. Namun, tidak menutup kemungkinan adanya perusahaan yang memerlukan penyesuaian dokumen sehingga membutuhkan waktu lebih.
Sebelumnya, Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) I Pahala N Mansury menjelaskan, akan ada aksi korporasi yang dilakukan oleh beberapa BUMN pada Oktober mendatang. Salah satunya, anak usaha Pertamina yakni PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) akan melantai di bursa.
"Jadi kok IPO, bulan depan. Tunggu ya," ujar Pahala saat ditemui di Gedung Sarinah, Rabu (28/9/2022).
Sejak 2021 lalu, Kementerian BUMN memang mendorong perusahaan-perusahan pelat merah yang berada di bawah naungannya untuk melantai di BEI. Selain Pertamina, rencana serupa juga disampaikan Holding BUMN Perkebunan.
Holding Perkebunan ingin mengantarkan subholding Palmco untuk IPO pada tahun depan. Direktur Utama PTPN III (Persero) selaku induk holding PTPN Mohammad Abdul Ghani berharap pembentukan Palmco dapat terealisasi paling lambat Oktober mendatang.
Dengan begitu, ucap Ghani, holding perkebunan mulai bisa mempersiapkan langkah IPO Palmco untuk tahun depan. "Persiapan IPO kita hitung-hitung tadinya mau akhir tahun ini, tapi berubah ke tahun depan, mudah-mudahan di kuartal II atau III tahun depan, nilainya sekitar Rp 5 triliun sampai Rp 10 triliun yang akan kita dapat dari situ," lanjutnya.