Ahad 16 Oct 2022 14:54 WIB

Pedagang Cipinang: Masa Kritis Beras Mulai Desember-Februari 2023

Harga beras medium, terus dipertahankan agar tidak melewati batas HET

Rep: dedy darmawan nasution/ Red: Hiru Muhammad
Warga saat akan membeli beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta, Senin (3/10/2022). Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok Kementerian Perdagangan mencatat per 30 September 2022, harga beras premium mencapai 12.700 per kilogram dan Rp 10.700 per kilogram beras medium. Harga tersebut naik sekitar satu persen dibandingkan per 1 September 2022 yang tercatat Rp 12.600 per kilogram premium dan Rp 10.500 per kilogram medium.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Warga saat akan membeli beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta, Senin (3/10/2022). Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok Kementerian Perdagangan mencatat per 30 September 2022, harga beras premium mencapai 12.700 per kilogram dan Rp 10.700 per kilogram beras medium. Harga tersebut naik sekitar satu persen dibandingkan per 1 September 2022 yang tercatat Rp 12.600 per kilogram premium dan Rp 10.500 per kilogram medium.

EKBIS.CO, JAKARTA -- Pedagang beras di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) mengingatkan kesiapan pemerintah dan Perum Bulog untuk memastikan ketersediaan pasokan beras pada pergantian akhir tahun ini. Pasalnya, pergerakan harga beras saat ini masih mengalami kenaikan akibat berkurangnya pasokan.

Ketua Koperasi Pedagang Pasar Beras Induk Cipinang (PIBC) Jakarta, Zulkifli Rasyid, mengatakan, kenaikan harga terutama untuk beras jenis medium. Saat ini, rata-rata harga merangkak naik berkisar Rp 9.000 per kg - Rp 9.000 per kg dari sebelumnya Rp 8.500 - Rp 8.600 per kg.

Baca Juga

Harga beras medium, terus dipertahankan agar tidak melewati batas HET beras medium di level konsumen sebesar Rp 9.450 per kg. "Kelihatannya harga akan menanjak terus karena situasi dan keadaan seperti cuaca, tapi harga beras medium tidak boleh sampai di atas Rp 10 ribu karena ini di pasar induk," kata Zulkifli kepada Republika.co.id, Ahad (16/10/2022).

Meski demikian, ia menekankan, masa kritis beras kemungkinan akan terjadi mulai Desember 2022 hingga Februari 2023 karena bertepatan dengan musim tanam gadu. Zulkifli mengatakan, ketersediaan beras pada periode tersebut masih menjadi kekhawatiran para pedagang.

Terlebih lagi, stok cadangan beras pemerintah (CBP) di Perum Bulog masih stagnan di level 800 ribu ton atau di bawah dari batas minimal yang ditentukan pemerintah sebesar 1 juta ton. "Apakah stok kita bisa cukup pada bulan Desember, Januari, Februari, hingga Maret? Itu selalu menjadi pertanyaan," katanya.

Bahkan Zulkifli mengatakan, jika pemerintah jeli dan merasa akan adanya kekurangan pasokan, opsi impor bisa dipertimbangkan. "Supaya kita jangan katakanm kita tidak boleh impor, tidak akan impor. Maaf saja, kita ini masih ketergantungan," katanya.

Ia mengingatkan agar pergantian tahun ini tidak mengulang kejadian seperti pergantian tahun 2017-2018. Di mana saat itu, pemerintah terlambat mengambil opsi impor ketika harga sudah melonjak naik. Alhasil, impor masuk di saat petani menyambut panen raya sehingga merusak harga beras produksi lokal.

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement