EKBIS.CO, JAKARTA -- Badan Pangan Nasional (NFA) memutuskan untuk memperpanjang fleksibilitas harga gabah yang semula berakhir pada 30 November 2022. Perpanjang fleksibilitas harga itu diharapkan dapat membantu Perum Bulog untuk menyerap produksi gabah petani yang tengah mengalami tren kenaikan harga.
Tercatat, hingga saat ini stok cadangan beras pemerintah (CBP) di Perum Bulog masih stagnan di level 800 ribu ton, di bawah batas aman minimal yang diminta pemerintah sebesar 1 juta ton. "Seluruh upaya kita kerjakan, mulai menaikkan harga beli Bulog hingga memperpanjang (fleksibilitas harga) dari 30 November 2022 sampai batas waktu yang akan ditentukan," kata Arief kepada Republika.co.id, Ahad (16/10/2022).
Arief tak menjelaskan lebih lanjut mengenai batas waktu perpanjangan tersebut. Namun, perlu diketahui, dengan fleksibilitas harga gabah, harga pembelian pemerintah (HPP) yang digunakan Bulog untuk menyerap gabah petani dapat dinaikkan dari acuan yang diatur pemerintah.
Lebih detail, harga gabah kering panen (GKP) di petani seharga Rp 4.450 per kg dari harga normal Rp 4.200 per kg. Selain itu, harga gabah kering giling (GKG) di penggilingan menjadi Rp 5.550 per kg dari Rp 5.250 per kg.
Pemerintah juga menaikkan HPP GKP di gudang Bulog menjadi Rp 5.650 per kg dari Rp 5.300 per kg dan beras di gudang Bulog Rp 8.800 per kg dari sebelumnya Rp 8.300 per kg.
Lebih lanjut, Arief mengatakan, NFA akan membantu Bulog untuk membantu penyerapan produksi gabah di sejumlah daerah sentra yang sedang memasuki masa panen.
"Di seluruh daerah panen juga koordinasi dengan penggilingan padi yang ada," ujarnya.
Seperti diketahui, rendahnya pasokan CBP di Bulog menjadi perhatian bagi NFA karena Bulog menjadi barometer pemerintah untuk mengamankan stabilisasi harga dan pasokan beras secara nasional. NFA pun telah menugaskan Bulog untuk segera menambah pasokan CBP minimal 1,2 juta ton hingga akhir 2022.
Dikonfirmasi, Sekretaris Perusahaan Bulog, Awaluddin Iqbal, mengatakan, pasokan CBP saat ini memang masih mengalami kenaikan signifikan. Ia tak menjelaskan lebih lanjut mengenai kendala utama yang dihadapi Bulog.
"Iya pasokan masih dikisaran 800 ribu ton," ujarnya.
