Senin 31 Oct 2022 16:05 WIB

Produksi Gabah Melimpah, Petani: Tak Perlu Impor, Serap Produksi Lokal

Cadangan beras pemerintah yang tersimpan di Perum Bulog dalam kondisi menipis.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Petani menunjukkan gabah hasil panen menggunakan mesin pertanian di area persawahan. ilustrasi
Foto: ANTARA/Arif Firmansyah
Petani menunjukkan gabah hasil panen menggunakan mesin pertanian di area persawahan. ilustrasi

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Aliansi Petani Indonesia (API), menyatakan produksi gabah dari petani masih melimpah dan akan mencukupi hingga musim panen raya berikutnya di awal depan. Kenaikan harga gabah yang terjadi saat ini lantaran hasil panen yang optimal sehingga berdampak pada harga jual yang lebih tinggi.

Sekretaris Jenderal API, Nuruddin, mengatakan, importasi beras tidak diperlukan. Ia pun berharap agar pemerintah melalui Bulog dapat menyerap langsung produksi petani.

Baca Juga

"Maunya petani agar pemerintah melalui Bulog membeli langsung ke petani, tidak perlu impor," kata Nuruddin kepada Republika.co.id, Senin (31/10/2022).

Diketahui, cadangan beras pemerintah yang tersimpan di Perum Bulog dalam kondisi menipis hingga menyentuh level sekitar 670 ribu ton. Padahal, Badan Pangan Nasional (NFA) meminta agar pasokan cadangan minimal sebesar 1,2 juta ton.

Nuruddin menuturkan, saat ini Bulog dalam melakukan penyerapan gabah tidak langsung membeli dari petani namun melalui mitra swasta. Pasalnya, menurut Nuruddin, pengadaan beras di Bulog fokus pada jenis medium dengan kadar air gabah sekitar 30 persen.

Sementara gabah yang saat ini diproduksi oleh petani memiliki tingkat kadar air hingga 14 persen dengan harga yang tinggi kisaran Rp 5.000 per kg-Rp 6.000 per kg. Ia menuturkan gabah yang saat ini tersedia di petani rata-rata berkualitas tinggi karena pengaruh musim kemarau sekitar tiga bulan lalu saat periode tanam.

"Gabah itu melimpah tapi akhirnya diserap oleh swasta juga. Jadi ini harus diserap juga oleh Bulog," ujar dia.

Menurutnya harga gabah akan turun saat mendekati masa panen di bulan Januari 2023 mendatang. Pasalnya, gabah yang dihasilkan di awal tahun biasanya memiliki kadar air tinggi.

Pihak swasta yang bisa menyerap produksi petani harus mengeluarkan biaya lebih dengan menyewa alat pengering sehingga harga jual gabah dari petani pun diturunkan. "Pemerintah pasti mengetahui ini, jadi harus menunggu sabar sampai periode panen Januari-Februari nanti," ujarnya.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement