Sabtu 10 Dec 2022 08:22 WIB

UMKM Siap Hadapi Resesi

Pelaku UMKM berkisar 64,2 juta atau 99,99 persen dari jumlah pelaku usaha di RI.

Rep: Desi Susilawati/ Red: Muhammad Hafil
 Pengunjung melihat pameran UMKM Sumatera Barat. ilustrasi
Foto: Republika/ Wihdan
Pengunjung melihat pameran UMKM Sumatera Barat. ilustrasi

EKBIS.CO, JAKARTA -- Ujung tombak dalam mengatasi resesi pada tahun 1998 adalah UMKM. Usaha ini tahan banting, sehingga mampu bertahan dari segala hantaman di saat itu. Dalam menghadapi masa pandemi ini dengan dampaknya keras menghantam perekonomian nasional dan global, justru UMKM mampu juga bertahan, malah di sektor-sektor tertentu mampu meraup keuntungan dengan inovasi pemasaran secara online yang dilakukannya.

Pelaku UMKM berkisar 64,2 juta atau 99,99 persen dari jumlah pelaku usaha di Indonesia. Hal ini menunjukan tingkat kontribusi UMKM yang penting bagi pertumbuhan perekonomian nasional maupun pembukaan lapangan pekerjaan. Namun perkembangan UMKM berpotensi terhambat akibat munculnya potensi ancaman resesi ekonomi.

Baca Juga

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno menjelaskan UMKM tidak diragukan lagi adalah pahlawan ekonomi Indonesia. Kontribusinya yang mencapai 61,07 persen terhadap PDB 2021.

"Kami ingin agar para UMKM semakin bersemangat, terus bertumbuh dan naik kelas dengan dukungan program digitalisasi onboarding dan pemberdayaan yang tepat sasaran, tepat manfaat dan tepat waktu," ujarnya dalam acara Dialog Inspirasi Pahlawan Ekonomi, sebagai bagian dari rangkaian acara Road to Legendary Brand Festival, belum lama ini.

Ia juga berharap akan semakin banyak UMKM yang menghasilkan produk ekonomi kreatif dengan memanfaatkan sumber daya lokal dalam rangka penciptaan peluang usaha dan lapangan kerja yang seluas-luasnya untuk peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat.

"Brand lokal kita harus menjadi tuan rumah dinegeri sendiri. Bukan hanya bangga. Tapi dibeli dan dipakai. Your feedback itu penting," ujarnya.

Ia menambahkan misalnya soal kualitas sepatu lokal, sepatu dipakai kurang nyaman. Namun karena kita bangga dan beli, kita memberikan feedback soal sepatu itu. Kemudian feedback itu menghasilkan perbaikan. "Tidak ada alasan pakai brand lokal karena kita miliki keunggulan," tambahnya.

Co-founder dan COO Shipper Indonesia, Budi Handoko menjelaskan masa Covid 19 Indonesia bisa bertahan saat dilanda resesi karena adanya UMKM. Mereka adalah pahlawan untuk keluarga mereka dan untuk Indonesia. "Pandemi sudah lewat, UMKM stagnan. Padahal bisa growing ke level lebih lagi," ujarnya.

Ia menambahkan Indonesia banyak brand legendaris. Mereka juga pahlawan, dengan adanya brand legendaris perekonomian Indonesia secara keseluruhan di topang juga.

Founder & CEO Urban Sneaker Society (USS) Networks, Sayed Muhammad, mengatakan sangat banyak brand lokal masih menjadi side job, bukan yang utama. Jadi mereka belum mencapai full potensialnya.

Menurutnya UMKM mampu bertahan menghadapi resesi ekonomi dengan dua hal yaitu pandai melihat opportunity (peluang) dan kolaborasi. Pada saat pandemi Covid 19, menurutnya ada UMKM yang mampu bertahan, namun ada juga yang terpuruk. Mereka yang terpuruk ini dipicu oleh rasa takut. Resesi ekonomi membuat mereka tidak berani produksi. Padahal faktanya konsumsi masyarakat tidak berkurang. Misalnya brand beauty, ada produsen yang beranggapan tidak akan laku karena banyak orang tidak keluar rumah. Namun ternyata justru brand beauty lagi naik daun.

"Sebenarnya memang harus jangan hanya berasumsi, tapi benar-benar melihat peluang melihat data. Bergerak keluar mencari data," ujarnya.

Ia mengatakan sebelum berani harus pandai melihat peluang. "Timing juga penting, jangan gegabah bisa berbahaya. Bahasanya adalah wait n see. Jadi melihat peluangnya," ujarnya.

Misalnya UMKM fashion, dimana trennya berubah terus. Jadi melihat peluang tren apa yang sedang naik, kita bisa bergerak cepat untuk mengejar peluang tersebut.

Selain itu, sebaiknya UMKM juga berkolaborasi misalnya dengan market place online yang memiliki data. Dengan berkolaborasi dengan mereka, kita bisa dapat insight dari mereka.

"Jadi bergeraknya berdasarkan data. Ini lagi naik. Berarti ada peluang. Itu yang kita kejar," sarannya.

Untuk kolaborasi bisa antar UMKM, cross market. Misalnya ada brand A, target marketnya modest fashion dan wanita, disatu sisi ada brand sepatu, mereka bisa kolaborasi. Atau brand tua yang market umur 30an berkolaborasi dengan brand anak muda.

"Artinya brand tua mencoba mengambil market anak muda. Yang anak muda mengambil brand orang tua. Itu juga sudah kita lakukan berulang di grup kita sendiri dan itu sangat berhasil," paparnya.

Dengan dua hal ini, Sayed sangat yakin UMKM Indonesia bisa bertahan menghadapi resesi ekonomi. Belum lagi ditambah semangat penduduk Indonesia yang berotong royong. Mereka juga peduli dengan masyarakatnya artinya selama kita memang masih bisa buat produk bagus dan berkuakitas aku yakin banget, apalagi umkm sebagai penopang utama ekonomi Indonesia. "Kalau UMKM bisa survive, kita akin Indonesia bisa menghadapi resesi ini, udah terbukti di 2020," ujarnya.

Dari sisi masyarakat, lanjut Sayed, cara mendukung UMKM menghadapi resesi, dengan membeli produk lokal. "Karena in the end kita tidak akan berhenti mengonsumsi, mungkin mengurangi iya, tapi tidak akan berhenti."

Disaat kita melakukan konsumsi pilihan banyak. Dengan brand lokal baik dan semangat gotong royong. "Jangan takut dan malu pakai brand lokal. Brand lokal sudah bagus hanya tinggal berani mengeksplor saja."

Aktris dan pelaku bisnis, Zaskia Adya Mecca, mengatakan untuk mendukung UMKM, kita harus bangga pakai produk sendiri. "Kenal dengan budaya sendiri, harus lebih percaya diri pakai produk dalam negeri," tambahnya.

Dalam menghadapi tantangan resesi, UMKM dapat terus mengoptimalkan penjualan online, melakukan inovasi produk, dan melakukan terobosan marketing dan strategi penjualan termasuk mengangkat unique selling point produk. Mereka juga dapat mengeksplorasi teknik storytelling dengan menceritakan proses dan tokoh di balik produksi seperti pemberdayaan masyarakat yang mengusung konsep berkelanjutan untuk menambah nilai tambah produk.

Sementara itu, penggunaan bahan baku lokal alami dan berkualitas menjadi salah satu strategi brand legendaris Wardah untuk memperoleh kepercayaan masyarakat dalam menggunakan produk dalam negeri.

EVP & Chief Of Administration PT Paragon Technology and Innovation, Ana Miftahuddin Amin, mengemukakan Wardah bekerja sama dengan petani lokal untuk mendukung penggunaan bahan baku lokal, seperti ekstrak aloe vera, green tea, licorice, cucumber, seaweed, honey dan berbagai bahan lainnya dari Indonesia dengan kualitas global.

Ana Miftahuddin Amin menambahkan agar bisa bertahan dalam usaha yang utama adalah konsistensi di dalam pekerjaan atau entrepreneurship.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement