EKBIS.CO, JAKARTA -- Pembentukan holding dan subholding meningkatkan efisiensi cukup signifikan bagi PT Pertamina (Persero). Associate Director BUMN Research Group LM (Lembaga Management) Fakultas Ekonomi Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI) Toto Pranoto mengatakan langkah ini memperkuat sinergi antarsubholding dengan optimal dan mampu meningkatkan value Pertamina.
"Jadi efisiensi bisa tercipta karena rantai pasok hulu-hilir sudah bisa dikoordinasikan lebih baik," ujar Toto saat dihubungi Republika di Jakarta, Kamis (5/1).
Selain itu, lanjut Toto, perbedaan peran dilaksanakan yang mana tugas Pertamina sebagai induk perusahaan fokus pada perencanaan strategis, mencari bidang bisnis baru sampai dengan mencarikan alternatif pembiayaan bagi anak perusahaan. Sementara tugas subholding adalah fokus pengembangan bisnisnya sehingga skala perusahaan meningkat dan bisa menciptakan competitive advantage.
"Salah satu strategi lain untuk peningkatan daya saing yang bisa dilakukan ialah dengan membawa subholding untuk IPO," ucap Toto.
Menurut Toto, langkah Pertamina ini juga mengikuti beberapa perusahaan minyak negara lain yang juga melakukan langkah serupa. Ia menyebut Petronas yang telah melakukan IPO terhadap sejumlah anak usaha seperti Petronas Chemical atau Petronas Carigali.
Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan efisiensi Pertamina melalui pembentukan holding dan subholding mulai memperlihatkan hasilnya.
"Dari review saya di 2020 hingga 2021 itu ongkos operasional Pertamina secara menyeluruh ada penghematan 1,3 miliar dolar AS. Artinya, kalau ada persepsi Pertamina tidak melakukan efisiensi salah besar," ujar Erick saat melakukan peninjauan dan pengumuman penyesuaian harga BBM nonsubsidi di SPBU Pertamina 31.128.02, Jalan MT Haryono, Jakarta Selatan, Selasa (3/1).
Pria kelahiran Jakarta itu menyampaikan Pertamina juga berhasil melakukan efisiensi sebesar 600 juta dolar AS pada 2022. Dengan demikian, total penghematan Pertamina selama tiga tahun terakhir menyentuh angka 1,9 miliar dolar AS.