EKBIS.CO, BANDUNG -- Bio Farma, induk holding BUMN Farmasi, menjaga hubungan dengan masyarakat melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL). Mengusung program community development dan creating share value (CSV), Bio Farma membina 80 peternak generasi milenial yang berasal dari tiga kelompok ternak di Desa Mandalamukti, Ciptagumati, dan Cipada Kabupaten Bandung Barat. Yakni, melalui program Social Enterpreneruship Peternak Milenial.
Menurut Direktur Utama Holding BUMN Farmasi, Honesti Basyir, CSV yang dilakukan oleh Bio Farma yaitu mengintegrasikan isu dan tantangan masyarakat ke dalam suatu bentuk kegiatan atau pendampingan. Kemudian, penciptaan nilai ekonomi dan sosial yang berkelanjutan.
Hal ini, kata dia dituangkan dalam kegiatan TJSL, melalui Program Re-grass & Sustainability Village. Karena, permasalahan yang teridentifikasi oleh Bio Farma adalah para peternak kesulitan mendapatkan rumput untuk pakan ternak hingga harus mencari ke luar kota.
"Ini nantinya akan berpengaruh terhadap biaya operasional pemeliharaan, kualitas peternakan dan kuantitas yang dihasilkan," ujar Honesti, Ahad (15/1/2023).
Peternak milenial, kata dia, merupakan potensi yang dikembangkan Bio Farma sehingga dapat menjadi roda penggerak pengembangan kapasitas dan kapabilitas masyarakat bidang peternakan di wilayahnya. Dengan menekankan kepada aspek identifikasi, pengambangan potensi lokal dan pemanfaatan sumberdaya manusia sebagai unsur penting dalam keberlanjutan program.
Selain itu, kata dia, muncul sebuah isu dan potensi yang terus bisa dikembangkan. Serta, yang implementasikan di Desa Mandalamukti ini mampu disebarluaskan kembali oleh Kelompok Ternak Domba & Kambing Azkia Raya kepada Kelompok Ternak Domba Bale Sawargi Desa Cipada Kecamatan Cikalong Wetan, dan Kelompok Ternak Domba Panglipur Galih Desa Ciptagumati Kecamatan Cikalong Wetan.
Menurutnya, Bio Farma menggunakan skema ABCG (Academy, Business, Community, Government) untuk menciptakan sinergitas atau implementasi program yang tepat sasaran juga berkelanjutan. “Selain melibatkan kelompok masyarakat, juga melibatkan Dinas Peternakan, Universitas Padjajaran dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sebagai mitra kerjasama startegis dalam hal pengembangan Program rumput," katanya.
Sehingga, kata dia, mampu menciptakan rumput yang memiliki kandungan nutrisi tinggi bagi peternak dan mampu meningkatkan nilai ekonomi, pendidikan, lingkungan dan sosial yang lebih seimbang.
Lalu, kata dia, apabila peternak telah mandiri dalam hal pakan maka akan memiliki waktu luang dikarenakan waktu untuk mencari pakan sudah tidak lama dan dapat dimanfaatkan untuk menciptakan kegiatan perekonomian baru.
"Kegiatan perekonomian baru tersebut dapat menjadi diversifikasi produk sebagai dampak positif dari program Re-Grass & Sustainability Village bagi masyarakat," kata Honesti.
Kepala Divisi TJSL, Tjut Vina Irianti mengatakan, selain memberikan berbagai pelatihan dalam perbaikan kualitas hewan ternak, Bio Farma juga melakukan community development agar peternak milenial binaan Bio Farma mampu bersaing di era 4.0
"Kami memberikan pembinaan dalam aspek pengelolaan media sosial dan pemanfaatan e-commerce," katanya.
Sehingga, kata dia, para peternak milenial selain memilki kemampuan beternak juga dapat memaksimalkan penggunan digital sebagai sarana dalam peningkatan promosi dan penjualan. Serta, memberikan manfaat edukasi sehingga dapat memberikan inspirasi kepada masyarakat khususnya generasi milenial lainnya.
Bio Farma memperkenalkan konsep Business to Business kepada peternak milenial yang merupakan “agent of change” di desanya. Sehingga mereka memiliki kemampuan bernegosisasi yang baik. Pakan hewan ternak yang berkualitas menghasilkan hewan yang memiliki daya jual yang baik. Saat ini Peternak Milenial sudah mulai menemukan partner bisnis, yaitu UMKM yang bergerak dibidang usaha jual beli ternak domba serta kuliner.