Di industri batubara, BUMN melakukan akselerasi proyek hilirisasi batu bara menjadi dimetil eter (DME) atau gasifikasi batu bara. Itu antara lain dilakukan di proyek gasifikasi batu bara di Kabupaten Muara Enim, Sumatra Selatan.
Proyek gasifikasi batu bara itu dilakukan dengan melibatkan PT Pertamina (Persero), PT Bukit Asam Tbk. (PTBA), dan Air Products & Chemicals Inc. (APCI). Proyek itu dapat mengurangi subsidi LPG sebesar Rp7 triliun per tahun dan memperbaiki neraca perdagangan Indonesia.
"Ini yang saya rasa mengapa Pak Jokowi sekarang mendorong lagi hilirisasi diteruskan. Pak Jokowi juga akan mendorong lagi, bisa tidak kita swasembada gula di 2030. Bisa tidak gula jadi etanol," kata Erick.
Etanol adalah pelarut organik dan bahan baku untuk senyawa industri seperti pewarna, obat sintesis, bahan kosmetik, bahan peledak, bahan bakar, dan lainnya.
Indonesia diketahui telah menjadi negara pengimpor BBM sejak 1993. Kondisi itu, kata Erick, disiasati oleh Presiden Jokowi dengan kekuatan policy negara kita.
Di sisi lain, pemerintah juga menggelontorkan subsidi untuk masyarakat seperti subsidi BBM. Kebijakan subsidi itu untuk melindungi daya beli masyarakat, terutama di pedesaan.
Hal itu tercermin ketika pemerintah beberapa waktu lalu merevisi harga pertalite yang turun dari Rp 13.900 menjadi Rp 12.800. Itu dilakukan karena harga BBM dunia sedang turun. Namun, jika melihat grafik tren harganya, kata Erick, ke depan bisa terus naik.
"Ini yang kita lihat juga kenapa pemerintah tetap hadir. Pemerintah tetap mensubsudi. Yang namanya solar, pemerintah masih mensubsidi Rp 6.500 per liter. Bahkan kalau kita lihat pertamax dan pertalite itu masih disubsidi juga Rp 1.000. Artinya apa, pemerintah masih membantu," kata Erick.
Dari sisi perdagangan internasional, kata Erick, Indonesia juga mencatat surplus perdagangan yang besar sekali, mencapai 51 miliar dolar AS. Surplus perdagangan terjadi ketika nilai ekspor lebih tinggi dari impor. Hal itu, menurut Erick, membuat negara pesaing mewaspadai kebangkitan ekonomi Indonesia.
"Surplus perdagangan kita hari ini besar sekali 51 miliar dolar AS. Ekspor kita juga terus meningkat. Ini yang ditakutkan oleh negara-negara pesaing kita karena 2045 kita ditargetkan masuk empat besar atau lima besar ekonomi dunia. Mereka sudah membaca data ini, makanya (mereka ingin) kita terlambat. Artinya, jangan cepat kaya lah Indonesia, gitu," kata Erick.