EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, Indonesia dan Kenya akan segera membentuk joint task force atau satuan tugas (satgas) bersama untuk memperkuat hubungan bilateral dan ikatan kerja sama yang saling menguntungkan di antara kedua negara.
"Pembentukan joint task force dalam waktu dekat akan segera memulai perundingan pembahasan kerja sama yang difokuskan kepada tiga hal utama yakni perdagangan dan investasi, pertambangan, serta industri pertahanan strategis," kata Luhut dalam unggahan terbaru di akun Instagram pribadinya yang dipantau di Jakarta, Senin (23/1/2023).
Luhut bertolak ke Kenya setelah menghadiri rangkaian kegiatan World Economic Forum (WEF) Annual Meeting 2023 di Davos, Swiss. Selain menyampaikan ucapan selamat dari Presiden Indonesia Joko Widodo kepada William Ruto yang terpilih sebagai Presiden Republik Kenya, dalam kesempatan itu juga dibahas beberapa komitmen dan kesepakatan. Luhut menegaskan komitmen dan kesepakatan itu dilakukan untuk lebih memperkuat hubungan bilateral dan ikatan kerja sama agar semakin menguntungkan kedua negara sahabat ini.
Luhut menjelaskan, kekayaan sumber daya alam Indonesia yang begitu besar saat ini, telah dialokasikan secara efektif untuk memacu pembangunan berkelanjutan di berbagai sektor. Mulai dari energi terbarukan, pertambangan, ekosistem kendaraan listrik, farmasi, industri pertahanan dan strategi, serta digitalisasi pelayanan publik dan operasional pelabuhan.
"Kami menyampaikan bahwa Indonesia siap berbagi pengalaman dan praktik terbaiknya dengan Kenya di semua sektor tersebut," lanjutnya.
Luhut berharap kunjungannya dapat memperkuat hubungan Indonesia dengan Kenya. Terlebih, Kenya merupakan salah satu negara di Afrika Timur yang telah lama menjalin hubungan baik sejak 1955. Hubungan Kenya dan Indonesia diperkuat dengan dibukanya Kedutaan Besar Indonesia di Nairobi pada 1982 dan Kedutaan Besar Kenya di Jakarta pada 2022.
"Semoga dengan kunjungan kali ini, hubungan antara Indonesia dan Kenya bisa semakin kuat. Bukan lagi sekadar hubungan bilateral atau kerja sama penyelenggaraan konferensi pada 1955 saja, melainkan bisa lebih mengkristalisasi hubungan kerja sama yang memberikan manfaat nyata bagi kedua negara," kata Luhut.