Terdapat beberapa hal yang pelu dimaksimalkan agar LRT Jabodebek yang rencana beroperasi tahun ini bisa menjadi solusi kemacetan.
Frekuensi perjalanan tinggi
Ketua Forum Perkeretaapian dan Angkutan Antarkota Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Aditya Dwi Laksana mengatakan, LRT Jabodebek harus beroperasi dengan frekuensi perjalanan yang tingga. Sebab, kata dia, LRT memiliki keterbatasan kapasitas jika dibandingkan KRL dan Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta.
“Jadi frekuensi perjalanan tinggi dan waktu tunggu kereta atau jeda antar perjalanannya dibuat rapat. Katakanlah misalnya entah tiga atau lima menit sekali saat jam sibuk,” ucap Aditya.
Manager Public Relation LRT Jabodebek, Kuswardojo menjelaskan, LRT Jabodebek akan melayani masyarakat mulai pukul 05.00 WIB hingga 23.27 WIB. Nantinya LRT Jabodebek rata-rata akan melayani sebanyak 434 perjalanan KA setiap harinya dengan target awal pengguna jasa sebanyak 137 ribu setiap harinya.
“Untuk frekuensinya, LRT Jabodebek akan hadir setiap empat menit di Stasiun Dukuh Atas-Cawang, setiap delapan menit di Stasiun Jati Mulya-Cawang, serta setiap delapan menit di Stasiun Harjamukti-Cawang,” ujar Kuswardojo.
Fasilitas parkir
Aditya mengungkapkan, LRT Jabodebek harus memiliki fasilitas penunjang seperti tempat parkir dan akses menuju stasiun yang mudah. Dia menuturkan, fasilitas tersebut akan menjadi salah satu pertimmbangan bagi pengguna kendaraan pribadi yang ingin menggunakan LRT Jabodebek.
“Akses jalan menuju stasiun harus bagus lalu juga tersedia parkir perpindahan moda supaya orang yang selama ini menggunakan mobil pribadi atau motor pribadi dapat dengan mudah memarkirkan kendaraannya di stasiun LRT,” ungkap Aditya.
Dia menegaskan, tarif parkir juga diharapkan bisa terjangkau. Jika tarif parkir dapat dibuat secara flat, Aditya menilai itu akan menarik bagi pengguna kendaraan pribadi untuk berpindah ke transportasi umum sehingga mengurangi beban jalan yang menimbulkan kemacetan.
“Kalau tarif parkir tidak flat misalnya tiga ribu rupiah per jam, ya orang akan hitung-hitungan lagi. Mending naik kendaraan pribadi lebih fleksibel,” tutur Aditya.
Terintegrasi antarmoda
Kuswardojo memastikan nantinya operasional LRT Jabodebek juga akan terintegrasi dengan moda transportasi lain. Dengan begitu akan memudahkan penggunanya untuk menuju lokasi tujuan.
“Terkait integrasi dengan moda angkutan lainnya, hingga saat ini masih terus kami koordinasikan,” kata Kuswardojo kepada Republika, Ahad (12/2/2023).
Kuswardojo juga akan mengupayakan sebaik mungkin untuk menghadirkan integrasi yang baik dalam operasional LRT Jabodebek. Khususnya integrasi antarmoda di setiap stasiun LRT Jabodebek.
“Nantinya semua stasiun LRT Jabodebek akan terhubung dengan angkutan atau transportasi lainnya,” tutur Kuswardojo.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, LRT Jabodebek yang mampu menampung hingga 700 penumpang itu nantinya akan terintegrasi dengan moda lain. Beberapa di antaranya yakni Transjakarta, Jaklingko, Trans Patriot, KRL, Kereta Bandara Soekarno-Hatta, dan Kereta Cepat Jakarta-Bandung.
“Angkutan massal perkotaan sangat penting untuk terus dikembangkan, ditata, dan dioptimalkan pemanfaatannya untuk masyarakat,” ujar Budi.
Aditya Dwi Laksana menilai, dengan adanya integrasi di setiap stasiun LRT maka akan memberikan kemudahan. Aditya menilai, seharusnya ada penataan penataan ulang angkutan umum agar memiliki rute menuju stasiun LRT Jabodebek, khususnya dari permukiman.
“Dengan cara seperti itu mereka yang tidak menggunakan kendaraan pribadi itu dapat kemudahan,” jelas Aditya.
Tarif terjangkau
Manager Public Relation LRT Jabodebek, Kuswardojo memastikan, saat ini tarif LRT Jabodebek masih dalam pembahasan. Dia mengatakan, hingga saat ini pemerintah belum memutuskan tarif tersebut.
“Semua masih dibahas. Tentunya kami berharap agar tarif yang ditetapkan bisa terjangkau bagi semua pengguna jasa dan tidak membebani perusahaan,” kata Kuswardojo.
Saat ini, KAI mengusulkan tarif LRT Jabodebek untuk jarak pendek sebesar Rp 5 ribu, jarak jauh Rp 24 ribu, dan rata-rata tarif Rp 15 ribu. Tarif progresif rencananya juga akan diterapkan sesuai jarak stasiun.
Ketua Forum Perkeretaapian dan Angkutan Antarkota MTI Aditya Dwi Laksana menilai, tarif progresif paling tepat diterapkan dalam operasional LRT Jabodebek. “Artinya ini sesuai dengan jarak dan tetap harus terjangkau serta diperlukan subsidi dari pemerintah,” tutur Aditya.
Hingga pekan pertama Februari 2023, keseluruhan pembangunan LRT Jabodebek sudah mencapai 89,54 persen. Dengan target operasi pada Juli 2023, diharapkan LRT Jabodebek yang dapat melayani di 18 stasiun itu mampu memberikan pilihan mobilitas baru yang nyaman dan terjangkau untuk memecah kemacetan wilayah Jabodebek.
LRT Jabodebek akan melintasi Stasiun Dukuh Atas, Setiabudi, Rasuna Said, Kuningan, Pancoran, Cikoko, Ciliwung, dan Cawang. Begitu juga dengan Stasiun TMII, Kampung Rambutan, Ciracas, Harjamukti, Halim, Jatibening Baru, Cikunir I, Cikunir II, Bekasi Barat, dan Jati Mulya.