Meski petani harus merogoh kocek lebih dalam karena menggunakan pupuk non subsidi, ia mencatat, nyatanya kesejahteraan petani bisa membaik. Sebagai contoh, tercatat produktivitas petani padi naik menjadi 6,8 ton per hektare dari sebelumnya 5,4 ton per hektare. Kemudian petani jagung mencatata juga mencatat kenaikan dari 5,6 ton per hektare menjadi 7,1 ton per hektare.
"Sejak tahun 2020, 2021, dan 2022 rata-rata produktivitas naik hampir 35 persen dan pendapatan meningkat sampai 52 persen. Tentunya ini tergantung nilai ekonomis dari masing-masing komoditas," kata Adrian.
Ia menambahkan, dalam dua tahun keberjalanan program Makmur oleh Pupuk Kaltim, persoalan utama para petani adalah permodalan. Oleh karena itu, para BUMN terkait bisa membantu petani mendapatkan modal dan dapat menggunakan pupuk nonsubsidi yang disediakan Pupuk Kaltim.
Program Makmur, kata Adrian, juga masih akan terus dilanjutkan di tahun ini dan ditargetkan menjangkau lebih luas para petani di Indonesia. PKT pun menargetkan tahun ini Program Makmur dapat menjangkau 64 ribu hektare lahan dan melibatkan 32 ribu petani.