Kurangnya kepercayaan pada pound Lebanon telah menjadi kebutuhan yang tidak dapat diubah, kata Layal Mansour, seorang ekonom yang berspesialisasi dalam krisis keuangan di negara-negara dolar.
“Orang-orang muak dengan fluktuasi nilai dolar, dan harus menghabiskan banyak waktu untuk mengubahnya, jadi secara praktis, pada tingkat masyarakat, lebih baik menggunakan dolar,” kata Mansour. “Ini adalah akhir dari pound Lebanon seperti yang kita ketahui.”
"Tanpa strategi untuk mengatasi masalah mendasar ekonomi, pemerintah seperti membiarkan ini terjadi,” kata Lawrence White, seorang profesor ekonomi di Universitas George Mason.
Dolarisasi di Lebanon berarti Bank Sentral tidak dapat terus mencetak mata uang yang memicu inflasi, dan memiliki mata uang yang lebih andal dapat menciptakan lebih banyak kepercayaan untuk bisnis. Tetapi banyak orang dapat semakin tertekan jika Beirut secara resmi mengadopsi dolar AS sebagai mata uangnya.
Jutaan orang di Lebanon yang mentolerir dolarisasi di barang-barang mewah tetapi tidak menerima hal yang sama dengan bahan makanan. Dimana harganya sudah melonjak pada tingkat tertinggi secara global.
Belum lagi, lebih dari 90 persen populasi di Lebanon memperoleh penghasilan dalam pound Lebanon. Ini menurut survei tahun 2022 oleh Organisasi Perburuhan Internasional dan badan statistik pemerintah Lebanon. Keluarga yang menerima uang dari kerabat di luar negeri menghabiskan sebagian besar untuk bisa tetap menggunakan listrik dan menutupi biaya pengobatan.
Mereka harus dibayar dalam dolar untuk penyesuaian yang memadai, yang tidak dimiliki sebagian besar bisnis dan pengusaha, terutama negara bagian pelosok di Lebanon.
Di banyak wilayah, guru sekolah umum telah mogok selama tiga bulan karena gaji mereka hampir tidak menutupi biaya untuk sekedar membeli bensin perjalanan pulang pergi mengajar. Pekerja telekomunikasi mengancam pemogokan karena gaji mereka belum disesuaikan dengan jatuhnya nilai pound Lebanon yang terus ambruk.
Lebanon hampir tidak bisa menerapkan jenis reformasi yang diperlukan untuk mendapat dana talangan Dana Moneter Internasional (IMF). Beberapa syarat sangat berat dilakukan, seperti merestrukturisasi bank dan lembaga pemerintah yang tidak efisien, mengurangi korupsi, dan membangun sistem nilai tukar yang kredibel dan transparan.
Zoughaib, ekonom Beirut, mengatakan dia khawatir tidak adanya kebijakan yang baik dan reformasi ekonomi yang mampu memperbaiki Lebanon. Dan ini berarti bahwa dolarisasi kemungkinan hanya akan memperdalam kemiskinan, membuat semakin sulit bagi keluarga untuk membayar perawatan kesehatan, pendidikan dan makanan.