SVB sendiri, yang berfokus menyimpan uang pelaku usaha rintisan dan melakukan pendanaan untuk startup, mengalami pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan deposito di tengah pandemi COVID-19 yang mengakselerasi digitalisasi.
"Tapi kemudian situasi berubah. Setelah aktivitas masyarakat berangsur normal, startup banyak melakukan pemutusan hubungan kerja. Ini implikasinya," katanya.
Menurutnya, kebutuhan penarikan dana yang tidak dapat dipenuhi SVB menyebabkan bank tersebut kolaps dalam waktu kurang dari 48 jam. Eko berpandangan apabila tidak segera ditangani, penutupan SVB yang kemudian disusul oleh penutupan Signature Bank, dapat memicu resesi ekonomi global.
"Kita masih melihat inflasi yang cukup tinggi, terutama di negara-negara maju, yang dikendalikan oleh kebijakan suku bunga acuan. Probabilitas resesi tidak terhindarkan kalau bank sentral dunia terus mengerek suku bunga acuan," ucapnya.