EKBIS.CO, TOKYO -- Pasar mata uang menunjukkan beberapa optimisme hati-hati pada Senin (20/3/2023) pagi, setelah otoritas global bergerak untuk membendung penularan dari krisis perbankan yang membara. Mata uang safe haven dolar melemah dan yen jatuh di tengah rebound imbal hasil obligasi pemerintah.
Dolar Australia yang sensitif terhadap risiko melonjak ke level tertinggi dua minggu. Sementara euro terkerek lebih tinggi untuk hari ketiga berturut-turut.
Selama akhir pekan, Federal Reserve, Bank Sentral Eropa, Bank Sentral Inggris, Bank Sentral Swiss, Bank Sentral Kanada, dan Bank Sentral Jepang mengumumkan aksi bersama untuk meningkatkan likuiditas pasar. Langkah itu mengikuti negosiasi otoritas Swiss untuk membeli Credit Suisse oleh UBS, tetapi dengan diskon besar-besaran dan penghapusan utang besar-besaran.
"Respons awal pasar mata uang telah menjadi 'risiko positif'," tulis Ray Attrill, Kepala Strategi Valuta Asing di National Australia Bank dalam sebuah catatan kepada klien, menunjuk ke penurunan yen dan rebound Aussie pada khususnya.
Yen menukik 0,6 persen menjadi 132,59 per dolar AS, karena imbal hasil obligasi Pemerintah AS 10-tahun melonjak 12 basis poin menjadi 3,52 persen untuk memulai minggu ini, menjauh dari level terendah 3,369 persen pada Kamis (16/3). Mata uang Jepang telah naik 2,5 persen minggu lalu.
Dolar AS secara keseluruhan juga lebih lemah. Euro bertambah 0,17 persen menjadi pada 1,06885 dolar AS, dan sterling menguat 0,1 persen menjadi 1,2190 dolar AS.
Dolar Australia naik 0,3 persen menjadi 0,6721 dolar AS, dan sebelumnya menyentuh 0,6743 dolar AS untuk pertama kalinya sejak 7 Maret.