EKBIS.CO, JAKARTA -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menegaskan komitmen pemerintah untuk menurunkan emisi gas rumah kaca dari sektor ketenagalistrikan pada 2030. Indonesia masih menargetkan penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 32 persen dengan usaha sendiri dan sebesar 41 persen dari bantuan dunia internasional.
"Target pengurangan emisi GRK sektor energi pada 2030 yaitu sebesar 358 juta ton CO2 dengan kemampuan sendiri dan 446 juta ton CO2 dengan bantuan internasional dari skenario business as usual," ujar Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Jisman Hutajulu dalam keterangan resminya, akhir pekan ini.
Ia menjelaskan, untuk mewujudkan komitmen pengurangan emisi gas rumah kaca, Kementerian ESDM telah berkolaborasi dengan kementerian dan lembaga lain, serta stakeholder terkait. Kerja sama itu akan fokus untuk melakukan pemodelan demi menghasilkan peta jalan transisi energi yang akan ditempuh Indonesia dalam jangka panjang. Pada akhirnya, Indonesia akan menuju emisi nol bersih (NZE) pada 2060 atau lebih cepat.
Jisman mengatakan, langkah utama yang akan dilakukan yakni dengan mempercepat pembangunan pembangkit listrik berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT) dan interkoneksi melalui supergrid. Pada peta jalan transisi energi, proyeksi kebutuhan listrik Indonesia pada 2060 akan mencapai 1.942 tera watt hour (TWh) dan konsumsi listrik per kapita sebesar 5.862 kilo watt hour (KWh). Kebutuhan listrik itu akan dihasilkan 100 persen dari EBT dengan total kapasitas sekitar 708 Giga Watt (GW) pada 2060.
Strategi selanjutnya, dengan melakukan moratorium Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) serta mempensiunkan secara dini PLTU yang sudah ada. Upaya itu dilanjutkan dengan penerapan prinsip-prinsip efisiensi energi secara masif.
Upaya lain yang dilakukan adalah dengan mendorong penggunaan kendaraan listrik serta kompor induksi secara massal. Terakhir, yaitu dengan pengembangan jaringan kelistrikan untuk memastikan pengembangan EBT.
Namun, Jisman mengungkapkan, untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sektor energi bukan perkara mudah. Sebab, akan banyak tantangan yang dihadapi, seperti pendanaan proyek infrastruktur, perluasan dekarbonisasi, pengembangan teknologi, hingga pengembangan kapasitas dan sumber daya manusia.