Selain itu, ia menyampaikan PGE juga sudah menyelesaikan Front End Engineering Design (FEED) untuk fasilitas Fluid Collection and Reinjection System (FCRS). Tahap tersebut merupakan bagian dari proyek pembangunan PLTP Hulu Lais Unit 1 dan 2 dengan kapasitas terpasang sebesar 2 x 55 MW yang diharapkan beroperasi secara komersial (Comercial Operation Date) pada tahun 2026.
"Ke depannya perseroan akan fokus mengoptimalkan aset panas bumi yang sudah dimiliki," kata dia.
Salah satunya, dengan meningkatkan kapasitas produksi melalui metode co-generation technology dengan memanfaatkan air panas (brine) yang ada untuk membangkitkan tenaga listrik. Diketahui, teknologi co-generation sudah diimplementasikan pada PLTP Lahendong dengan memanfaatkan brine sisa produksi uap sebesar 700 KW.
Sementara itu dari sisi ESG, di tahun 2022 PGE berhasil mendapatkan ESG Rating 2 dari Sustainable Fitch. Rating ini mengindikasikan PGE berada dalam kategori good performance dari sisi pengelolaan ESG.
Adapun, inisiatif ESG yang dilakukan oleh PGE di tahun 2022 berasal dari beberapa program seperti pemanfaatan teknologi co-generation (brine to power) di area Lahendong, pengurangan emisi dan penjualan carbon credit, program keanekaragaman hayati, manajemen keselamatan kerja, CSR, ERM, cyber security, dan penerapan sistem manajemen anti penyuapan (SMAP).