EKBIS.CO, JAKARTA -- Langkah Bank Indonesia (BI) untuk mengurangi ketergantungan terhadap mata uang dolar AS dalam transaksi perdagangan saat ini sangat strategis. Hal tersebut dapat membuat pergerakan rupiah lebih stabil.
"Ke depannya dedolarisasi akan bisa mengurangi tekanan dolar AS terhadap rupiah," kata Kepala Riset Monex Investindo Ariston Tjendra, Jumat (5/5/2023).
Meski demikian, Ariston mengakui dampak positif tersebut belum akan dapat dirasakan dalam waktu dekat. Selama penggunaan dolar AS masih masif, rupiah masih akan sangat dipengaruhi pergerakan dolar AS.
Dampaknya baru bisa terlihat setelah semakin banyak negara melakukan transaksi tanpa melibatkan dolar AS. Untuk saat ini, dominasi dolar AS masih cukup besar dalam transaksi perdagangan global.
"Dan masih banyak negara memasukan dolar AS sebagai cadangan devisa," kata Tjendra.
Sebelumnya Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan ketergantungan yang besar pada mata uang dominan tertentu untuk perdagangan internasional dan penyelesaian investasi dapat meningkatkan kerentanan dan meningkatkan risiko stabilitas keuangan di kawasan ASEAN+3.
Untuk itu, Perry menekankan pentingnya memperkuat dan meningkatkan kerja sama di antara negara-negara ASEAN+3 dalam konektivitas pembayaran dengan mempromosikan penggunaan mata uang lokal yang lebih luas untuk transaksi.
Belum lama ini, BI dan Bank of Korea sepakat bekerja sama untuk mendorong penggunaan mata uang lokal masing-masing negara dalam transaksi bilateral atau local currency settlement (LCS). Selain dengan Korea Selatan, BI telah lebih dulu bekerja sama dengan Thailand, Malaysia, Singapura dan Filipina.