Bermain di sektor permintaan
Pengaruh kurs Lira juga menyebabkan laju inflasi Turki yang meroket gila-gilaan hingga 61,14 persen pada Maret 2022. Inflasi ini merupakan yang tertinggi dalam 20 tahun terakhir.
Pada Februari 2022, Erdogan memutuskan untuk memangkas pajak pertambahan nilai dari delapan persen menjadi satu persen khusus pembelian makanan. Selain memberikan diskon pajak, dia juga meminta para perusahaan makanan menurunkan harga jual sebesar tujuh persen.
Menurutnya, hal tersebut berperan penting dalam menjaga inflasi. Namun, lagi-lagi, inflasi di Turki masih tetap tinggi. Berbagai kritik menyebutkan bahwa inflasi tinggi yang dialami Turki disebabkan karena keputusannya untuk menekan suku bunga.
Karena kebijakan Erdogan, inflasi di Turki juga dipicu oleh perang antara Rusia dan Ukraina. Sebab, harga sejumlah bahan pangan dan bahan bakar melonjak.
Inflasi tinggi yang bersifat persisten merupakan masalah utama perekonomian Turki sejak tahun 1970-an akhir hingga saat ini. Inflasi tinggi disebabkan oleh permasalahan sisi permintaan dan penawaran sekaligus.
Pertumbuhan ekonomi Turki yang tinggi tidak berkelanjutan. Hal ini disebabkan oleh masalah struktural, defisit neraca berjalan dan neraca modal. Perekonomian Turki mengimpor lebih banyak barang dan jasa dibanding ekspor. Aliran modal keluar lebih besar dibanding aliran modal masuk.