EKBIS.CO, TERNATE -- Karantina Pertanian Ternate kembali melakukan sertifikasi terhadap 175 kilogram cokelat Sulamina asal Kepulauan Sula, Maluku Utara (Malut), kian diminati di benua biru, menyusul peningkatan ekspor ke Eropa. "Sebelum di ekspor ke Inggris, pejabat karantina melakukan pemeriksaan fisik dan kesesuaian dokumen untuk penerbitan Phytosanitary Certificate (PC). PC menjadi persyaratan negara tujuan ekspor sebagai jaminan kesehatan terhadap produk ini," kata Kepala Karantina Pertanian Ternate, Tasrif dihubungi di Ternate, Kamis (8/6/2023).
Dia menjelaskan, cokelat Sulamina kian disukai konsumen Eropa, keberhasilan ekspor ini membuktikan bahwa hasil bumi Malut, sangat berpotensi untuk meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.
Tidak heran jika geliat ekspor cokelat Sulamina kian meningkat ke benua biru, khususnya negara Inggris dan diharapkan ekspor ini dapat memacu peningkatan ekspor komoditas pertanian lainnya yang berasal dari Maluku Utara.
Sementara itu, sebelumnya, telah berhasil melakukan ekspor perdana salah satu potensi komoditi cokelat batangan sebanyak 22,4 kg dengan tujuan Negara Inggris melalui Bandara Sultan Babullah Ternate.
Ekspor perdana cokelat batangan ini telah membuktikan bahwa komoditas pertanian Maluku Utara memiliki potensi besar untuk bersaing di pasar global dan Karantina terbitkan Phytosanitary Certificate setelah melakukan pemeriksaan sebagai jaminan kesehatan agar produk ini dapat diterima di negara tujuan.
Cokelat olahan ini yang diekspor merupakan komoditas pertanian asal Kepulauan Sula, Maluku Utara, yang diekspor oleh PT Inti Alam Enterprises dengan tujuan ekspor Glasgow, Inggris.
Pelepasan ekspor perdana dilakukan di lingkungan cargo Bandara Sultan Babullah Ternate dan dihadiri oleh pimpinan instansi pendukung akselerasi ekspor, seperti karantina pertanian, bea cukai, Bank Indonesia, KUPP Sultan Babullah, Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), dan GM PT Garuga Indonesia Cabang Ternate.
Cokelat batangan yang diekspor ke Inggris terdiri atas berbagai varian rasa, seperti cokelat, kopi, mede, dan kenari dengan nilai ekspor sebesar Rp3,6 juta. Varian rasa ini juga menggambarkan kekayaan sumber daya alam Maluku Utara.