EKBIS.CO, KOLOMBO -- Sri Lanka sudah mulai bangkit dari krisis ekonomi terburuk dalam beberapa dasawarsa terakhir. Pada Sabtu (10/6/2023), Kementerian Keuangan Sri Lanka menyatakan telah mencabut pembatasan impor pada 286 barang.
Diketahui, pada tahun lalu Sri Lanka mengalami krisis karena cadangan devisanya habis. Pemerintah Sri Lanka pun membatasi impor lebih dari 3.200 barang, termasuk makanan laut, elektronik, dan bahkan alat musik.
Namun, dalam sembilan bulan terakhir, pendapatan negara kepulauan di Asia Selatam itu mulai meningkat karena Sri Lanka mendapatkan dana talangan 2,9 miliar dolar IMF yang dipakai untum memoderasi inflasi serta untuk membangun kembali cadangan devisanya. Kabar baiknya, cadangan Sri Lanka pun langsung tumbuh 26 perden ke level tertinggi dalam 17 bulan sebesar 3,5 miliar dolar AS di bulan Mei.
Selain itu juga dibantu oleh pengiriman uang yang lebih kuat dan pendapatan pariwisata. Berdasarkan data dari bank sentral, mata uang Sri Lanka telah meningkat sekitar 24 tahun ini.
"Dengan stabilnya ekonomi, pembatasan impor pada 286 barang telah dicabut mulai Jumat tengah malam," kata Kementerian Keuangan dalam sebuah pernyataan dikutip Reuters, Ahad (11/6/2023).
Berbagai barang mulai dari gerbong kereta api hingga penerima siaran radio masuk dalam daftar terbaru yang dibebaskan dari pembatasan. Sri Lanka juga akan memangkas harga 60 obat esensial sebesar 16 persen mulai persen ini.
Namun, Sri Lanka masih perlu menyelesaikan pembicaraan utang dengan kreditor pada bulan September. Pada saat tersebut IMF juga akan melakukan peninjauan program IMF yang pertama, dan menerapkan reformasi ekonomi utama untuk menempatkan pemulihannya pada jalur yang berkelanjutan.