Rabu 14 Jun 2023 23:19 WIB

Jangan Remehkan El Nino, Inflasi Bisa Melesat

El Nino dapat membuat sejumlah komoditas gagal panen.

Red: Lida Puspaningtyas
Kondisi tanaman pertanian tomat dan cabai mulai meranggas akibat kekuarangan air di daerah Mekarwangi, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Rabu (14/6/2023). Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau kepada masyarakat supaya tetap waspada adanya bencana hidrometeorologi pada musim kemarau ini. BMKG memprediksi Indonesia akan mengalami El Nino pada 2023 yanag menyebabkan potensi musim kemarau bersifat lebih kering dari normalnya dan periode kemarau lebih lama.
Foto: Edi Yusuf/Republika
Kondisi tanaman pertanian tomat dan cabai mulai meranggas akibat kekuarangan air di daerah Mekarwangi, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Rabu (14/6/2023). Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau kepada masyarakat supaya tetap waspada adanya bencana hidrometeorologi pada musim kemarau ini. BMKG memprediksi Indonesia akan mengalami El Nino pada 2023 yanag menyebabkan potensi musim kemarau bersifat lebih kering dari normalnya dan periode kemarau lebih lama.

EKBIS.CO, MEDAN -- Ekonom Universitas Sumatera Utara (USU) Wahyu Ario Pratomo berharap Pemerintah mampu mengendalikan inflasi saat fenomena El Nino, yang dapat mengakibatkan kekeringan di sejumlah wilayah di Indonesia, terjadi.

"El Nino ini sudah diprediksi. Seharusnya Pemerintah dapat mengantisipasinya dengan kebijakan yang tepat," ujar Wahyu di Medan, Rabu (14/6/2023).

Baca Juga

Pengamat yang juga dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU itu menyebutkan salah satu bentuk kebijakan yang bisa diambil oleh Pemerintah adalah impor, khususnya untuk komoditas pangan. Namun, Wahyu menyarankan agar impor tersebut dengan pertimbangan yang matang dan hati-hati supaya tidak terlalu merugikan petani.

"Impor bisa dilakukan secara bertahap, sedikit-sedikit sebelum El Nino terjadi. Dengan demikian, kita memiliki cadangan stok sehingga harga tetap stabil. Jika mengimpor ketika El Nino berlangsung, harganya tentu akan tinggi dan itu meningkatkan inflasi," tutur dia.

Wahyu meminta Pemerintah untuk mengidentifikasi dengan akurat mana daerah-daerah yang sangat dan sedikit terdampak El Nino, kemudian stok cadangan pangan di sana. Wilayah-wilayah yang relatif tidak terlalu merasakan efek El Nino bisa dimaksimalkan untuk menghasilkan produk pangan yang dapat dikirim ke daerah lain.

"Misalnya, untuk menghasilkan beras, bisa menggunakan lahan yang sebelumnya dipakai menanam jagung. Namun, sebelum itu Pemerintah mesti mengidentifikasi berapa stok kekurangan pangan di setiap daerah supaya dapat ditutupi dari wilayah lain," kata Wahyu.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi sekitar 50-60 persen peluang terjadinya El Nino di Indonesia pada semester kedua 2023 dengan puncaknya diyakini pada bulan Agustus. Salah satu dampak El Nino yang sangat diwaspadai adalah terjadinya gagal panen.

Gagal panen ini akan membuat kurangnya stok beras yang berujung pada meningkatnya harga. Berdasarkan BMKG, El Nino merupakan fenomena memanasnya suhu muka laut Samudra Pasifik bagian tengah. Pemanasan itu meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Samudra Pasifik tengah dan mengurangi curah hujan di wilayah Indonesia.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement