Kamis 15 Jun 2023 21:30 WIB

Pasokan Kedelai Kurang 90 Persen, NFA Minta BUMN Pangan Tingkatkan Produksi

Kebutuhan nasional kedelai saat ini mencapai 2,8 juta ton.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Lida Puspaningtyas
Pekerja membuat tahu goreng berbahan kedelai impor di Cisadap, Kabupaten Ciamis, Jawa barat, Selasa (7/3/2023). Pemerintah telah mengimpor 56 ton kedelai dari Amerika Serikat seharga Rp12 ribu per kilogram dengan pemberian subsidi selisih harga  Rp1.000 per kilogram kepada produsen yang akan disalurkan melalui koperasi produsen tahu tempe Indonesia (Kopti).
Foto: ANTARA FOTO/Adeng Bustomi
Pekerja membuat tahu goreng berbahan kedelai impor di Cisadap, Kabupaten Ciamis, Jawa barat, Selasa (7/3/2023). Pemerintah telah mengimpor 56 ton kedelai dari Amerika Serikat seharga Rp12 ribu per kilogram dengan pemberian subsidi selisih harga Rp1.000 per kilogram kepada produsen yang akan disalurkan melalui koperasi produsen tahu tempe Indonesia (Kopti).

EKBIS.CO, JAKARTA -- Sebagai salah satu komoditas pangan pokok strategis, ketersediaan dan stabilitas kedelai terus menjadi perhatian pemerintah.

Kepala Badan Pangan Nasional atau National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi mengatakan harus dibangun ekosistem terintegrasi sehingga pasokan kedelai tetap terpenuhi dan gejolak harga baik di tingkat produsen tahu tempe maupun konsumen dapat terkendali. Dan salah satu kuncinya pada kestabilan pasokan kedelai bahan baku untuk para pengrajin tahu tempe.

Baca Juga

Arief meminta BUMN Pangan dalam hal ini Perum Bulog untuk memasok kebutuhan kedelai perajin tahu tempe secara terorganisasi melalui wadah koperasi. Tidak hanya itu, ia juga meminta Bulog untuk berperan sebagai offtaker yang menyerap hasil panen petani yang dikoordinasikan melalui kelembagaan Gakoptindo.

Menurut dia, skema closed loop ini merupakan bagian dari tata kelola ekosistem kedelai nasional yang sedang dibangun saat ini untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan. Salah satunya dengan menempatkan BUMN Pangan sebagai sentral dari tata niaga kedelai nasional.

"Kita menginginkan terbangunnya satu ekosistem di mana para perajin tahu tempe tidak lagi kesulitan mendapatkan bahan baku. Nah, kehadiran negara melalui kolaborasi bersama BUMN pangan dalam membangun sistem harus dilakukan, sehingga ada jaminan pasokan kepada para pengrajin dan tidak dipengaruhi oleh fluktuasi harga kedelai," ujar Arief lewat siaran persnya, Kamis (15/6/2023).

Melalui skema tersebut, BUMN bersama koperasi akan mempersiapkan stok minimal untuk dua hingga tiga bulan ke depan, sesuai dengan hasil prakiraan Neraca Komoditas Pangan guna memperkuat Cadangan Kedelai.

Adapun berdasarkan Prognosa Pangan, kebutuhan nasional kedelai saat ini mencapai 2,8 juta ton, sedangkan produksi kedelai dalam negeri masih berada di kisaran 300 ribu ton, sehingga masih dibutuhkan 2,5 juta ton. Arief mengatakan, meskipun neraca kedelai nasional masih defisit, hal ini harus dilihat sebagai peluang bagi para produsen kedelai untuk meningkatkan produksi domestik mengingat besarnya kebutuhan tersebut.

Selain itu, sesuai arahan Presiden Joko Widodo, NFA juga telah menetapkan Harga Acuan Pembelian (HAP) Kedelai melalui Peraturan Badan Pangan Nasional (Perbadan) Nomor 11 Tahun 2022. Adanya regulasi ini dimaksudkan untuk menjaga keseimbangan harga di tiga lini rantai pangan, dan meningkatkan gairah menanam bagi petani yang diikuti dengan upaya penguatan cadangan pangan pemerintah (CPP) untuk kedelai dengan menempatkan BUMN sebagai standby buyer.

"Untuk itu Nota Kesepahaman antara Gakoptindo dengan Perum Bulog yang ditandatangani hari ini agar segera ditindaklanjuti dalam perjanjian kerja sama sehingga dapat segera diimplementasikan di lapangan," imbuhnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement