Haris menjelaskan satelit yang diproduksi perusahaan manufaktur antariksa Perancis, Thales Alenia Space (TAS) berlangsung dari September 2020 hingga Mei 2023. Satelit Satria, Haris katakan. memiliki kapasitas 150 Gbps dan akan menjadi satelit pertama di Indonesia yang menggunakan teknologi Very High-Throughput Satellite (VHTS) dan frekuensi Ka-Band.
"Satelit ini juga diperkuat dengan 116 Spot Beam sehingga layanan internet dapat menjangkau seluruh wilayah di Indonesia," lanjut Haris.
Pasca diluncurkan ke luar angkasa pada 18 Juni 2023, lanjut Haris, Satelit Satria membutuhkan waktu empat hingga lima bulan proses orbit raising untuk sampai dan menempati slot 146 derajat Bujur Timur (BT) yang tepat berada di atas Papua, Indonesia. Dalam orbit raising, satelit memakai teknologi Electric Propulsion yang memanfaatkan pendorong elektrik untuk mendukung pergerakan sehingga dapat menghemat penggunaan bahan bakar serta memperpanjang usia pakai satelit.
Setelah berada di 146 derajat BT, sambung Haris, akan dilakukan In-Orbit Testing untuk memastikan perangkat Satelit SATRIA berfungsi dengan normal pasca peluncuran.
"Tahapan ini diperkirakan memakan waktu tiga minggu. Tahapan selanjutnya menjalankan In-Orbit Acceptance Review (IOAR). Peninjauan IOAR akan dilaksanakan pada pekan pertama Desember 2023," kata Haris.