EKBIS.CO, JAKARTA -- Kepala Badan Kebijakan Perdagangan Kementerian Perdagangan (Kemendag) Kasan mengatakan bahwa devisa hasil ekspor berperan sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk mewujudkan cita-cita menjadi negara maju pada 2045. Kasan mengatakan bahwa untuk menjadi negara maju, salah satu indikatornya ialah pendapatan per kapita.
"Sebenarnya peran devisa dari hasil ekspor dalam pertumbuhan ekonomi itu kita yakin bahwa ini akan menjadi salah satu sektor penggeraknya menuju cita-cita Indonesia menjadi negara maju di tahun 2045, 100 tahun merdeka," kata Kasan dalam acara Gambir Trade Talk #10 bertajuk 'Memanfaatkan Devisa Hasil Ekspor Sebagai Instrumen Pertumbuhan Ekonomi Nasional' dipantau secara daring pada Rabu (21/6/2023).
"Cita-citanya kan ingin jadi negara maju, nah untuk menjadi negara maju itu pasti salah satu indikatornya adalah di bidang ekonomi, yaitu pendapatan per kapita," ungkapnya.
Untuk menjadi negara maju, kata Kasan, pendapatan per kapita Indonesia yang harus dicapai minimal 23.000 dolar AS. Saat ini, pendapatan per kapita Indonesia baru sekitar 4.000 dolar AS.
"Pendapatan per kapita setahu saya, koreksi kalau saya salah, dari rancangan yang disusun teman-teman di Bappenas tentu di bawah koordinasi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian itu pendapatan per kapita minimal yang harus dicapai setahu saya 23.000 dolar AS, dari sekarang posisi sekitar 4.000 dolar AS berarti kan harus berapa itu 6 kali lipat," tuturnya.
Ia pun mengungkapkan bahwa devisa hasil ekspor hingga Mei 2023 masih surplus di angka 16 miliar dolar AS.
"Fakta dan data yang ada saat ini kita melihat devisa hasil ekspor ini sampai Mei kita masih surplus ini selisihangkanya sekitar 16 miliar dolar AS," kata Kasan.
Selain itu, ucap dia, jika berkaca padasejarah ekonomi negara-negara maju, dibutuhkan lebih dari 100 tahun setelah merdeka untuk menjadi negara maju.
"Kalau berkaca dari berbagai negara maju yang ada 100 tahun merdeka, apakah juga sudah menjadi negara maju? Setahu saya dalam sejarahnya ekonomi negara-negara maju rasanya lebih itu, lebih dari 100 tahun. Cuma kan perkembangan yang terjadi saat itu dengan sekarang agak sedikit berbeda, jadi kecepatannya yang mungkin agak berbeda," ujar Kasan.