Adapun dalam pertemuan Luhut dengan Menkeu AS Jannet Yellen, keduanya membahas perkembangan kerja sama Joint Energy and Trade Partnership (JETP) antara Indonesia dan Amerika Serikat.
Pertemuan ini turut membahas tentang Undang-Undang Pengurangan Inflasi atau Inflation Reduction Act (IRA), serta peluang kerja sama strategis di sektor mineral kritis dan energi.
Salah satu fokus utama pembicaraan adalah kerja sama di sektor kritis mineral, yang mana Indonesia memiliki potensi cadangan mineral kritis terbesar di dunia untuk bahan baku baterai hingga kendaraan listrik atau electric vehicle (EV).
"Saya berharap agar kerja sama di bidang ini dapat semakin diperkuat dengan dukungan dari Amerika Serikat. Dalam memajukan teknologi baterai dan kendaraan listrik, Indonesia berkomitmen untuk memberikan kontribusi yang signifikan bagi upaya global dalam mengurangi emisi karbon dan menghadapi perubahan iklim," ujar Luhut.
Selain itu, pertemuan tersebut juga membahas rencana kerja sama strategis antara Indonesia dan Amerika Serikat dalam sektor energi, khususnya dalam pengembangan aset luar negeri milik PT Pertamina (Persero).
Kedua pihak berharap kerja sama ini akan membawa manfaat yang saling menguntungkan bagi kedua negara dan berkontribusi pada pengembangan industri minyak dan gas yang berkelanjutan.
Menurut Luhut, pertemuan ini merupakan langkah maju yang signifikan dalam memperkuat hubungan bilateral antara Indonesia dan Amerika Serikat.
Dalam semangat saling menguntungkan, Indonesia dan Amerika Serikat berkomitmen untuk terus menjalin kerja sama yang erat dan berkesinambungan dalam berbagai bidang, termasuk energi, perdagangan, dan sumber daya kritis.
Luhut juga menekankan bahwa pemerintah Indonesia akan terus memberikan dukungan penuh dan memberdayakan sektor-sektor strategis untuk mencapai tujuan bersama dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan menciptakan dampak positif bagi kedua negara dan kawasan.