EKBIS.CO, JAKARTA -- Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan rupiah berada di kisaran Rp 15.150-Rp 15.250 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Kamis (10/8/2023). Pelaku pasar menanti data inflasi Amerika Serikat (AS).
“Pelaku pasar akan menantikan rilis data inflasi AS yang diperkirakan 3,3 persen yoy (year on year) dari bulan sebelumnya 3,0 persen yoy. Sementara, inflasi inti AS diperkirakan 4,7 persen yoy dari bulan sebelumnya 4,8 persen yoy,” ujar Josua Pardede dihubungi di Jakarta, Kamis.
Dolar AS diperdagangkan sideways sepanjang hari menjelang rilis data Indeks Harga Konsumen (IHK) AS. Selama sesi Asia, dolar AS diperdagangkan melemah setelah data inflasi China menunjukkan tren menurun.
Adapun selama sesi AS, dolar AS mengalami penguatan. “Salah satu pendorong utama apresiasi dolar adalah ketidakpastian ketegangan AS-Tiongkok, setelah Joe Biden membatasi investasi AS di Tiongkok untuk mencegah Tiongkok mengembangkan teknologi yang dapat mengancam keamanan AS. Kebijakan pembatasan tersebut meliputi pembatasan semikonduktor China, komputasi kuantum dan AI (Artificial Intelligence),” ungkap Josua.
Secara keseluruhan, lanjut dia, dolar AS diperdagangkan menguat terhadap sterling, dolar Australia, dan Yen Jepang, sementara itu melemah terhadap Euro.
“Dollar Index turun 0,04 persen menjadi 102,49, sementara yield UST turun 1 basis points (bps) menjadi 4,01 persen,” katanya.
Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi melemah 0,12 persen atau 18 poin menjadi Rp 15.207 per dolar AS dari sebelumnya Rp 15.189 per dolar AS.