EKBIS.CO, JAKARTA -- Kepala Perum Bulog Budi Waseso mengaku Bulog mengambil kebijakan untuk tidak menyerap gabah petani karena harga gabah yang masih tinggi. Hal tersebut justru akan menguntungkan petani.
"Petani sekarang lagi menikmati harga gabah yang tinggi. Ya biar dulu. Karena kalau kita serap gabah dari petani ini harganya tinggi dan tidak ada batasan harga," ujar Buwas di Pasar Induk Beras Cipinang, Rabu (4/10/2023).
Buwas justru mengatakan dengan tidak menyerap gabah petani lokal maka pasokan dan stok di pasar tidak terganggu. Bulog, kata Buwas, masih memiliki kekuatan untuk melakukan intervensi pasar melalui beras impor.
"Kita menggunakan beras atau produksi yang dari impor. Untuk kita intervensi menstabilkan harga," kata Buwas.
Sebelumnya, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi memastikan, Harga Eceran Tertinggi (HET) beras yang ditetapkan pemerintah sudah sesuai perhitungan yang jelas. Bahkan, pemerintah menaikkan HET 20 persen untuk porsi petani sehingga petani bisa lebih sejahtera.
HET itu sudah dihitung berapa biaya produksi dari petani, sehingga petani punya margin yang wajar berapa, kemudian di hilir konsumen berapa, itu sudah dihitung. Itu yang jadi patokan kita bersama-sama ya dan di awal tahun Pak Presiden (Joko Widodo) sudah menaikkan 20 persen, artinya Pak Presiden sangat berkomitmen membantu petani-petani se-Indonesia," kata Arief di Pasar Induk Beras Cipinang, Rabu (4/10/2023).
Arief menjelaskan, HET beras tetap diperlukan untuk membuat patokan harga tertinggi beras. Jika tak ada HET, justru harga beras di pasaran tidak bisa dikontrol dan akan membebani masyarakat.
"Jadi harga eceran tertinggi itu memang dibuat untuk kita mengetahui harga itu lebih tinggi atau lebih rendah. kalau HET itu dicabut gimana kita tau harga itu lebih tinggi," tambah Arief.