Saat ini, Ratna sampaikan, Proyek Bendungan Rukoh telah mencapai progres pembangunan 62,2 persen, Proyek Bendungan Jlantah mencapai 74,2 persen, Proyek Bendungan Jragung mencapai 28,8 persen, dan Proyek Bendungan Temef mencapai 67,8 persen. Ratna mengatakan seluruh bendungan tersebut telah mengimplementasikan teknologi BIM sehingga perseroan optimistis dapat menyelesaikan beberapa proyek bendungan pada 2023 hingga 2024 agar dapat segera berfungsi dan memberikan manfaat bagi masyarakat.
"Saat ini, secara total Waskita mengerjakan sebanyak 93 proyek senilai Rp 51,6 triliun," sambung Ratna.
Ratna menyampaikan proyek-proyek tersebut didominasi proyek pemerintah dan BUMN, dengan rincian pengerjaan proyek dari pemerintah senilai Rp 4,47 triliun atau setara dengan 46,07 persen dari keseluruhan proyek dan proyek dari BUMN/ BUMD senilai Rp 3,13 triliun atau setara dengan 32,19 persen.
Selain itu, Waskita Karya juga mengerjakan proyek dari Pemerintah Luar Negeri senilai Rp 1,92 triliun atau 19,82 persen, proyek dari Perusahaan Swasta senilai Rp 100 miliar (1,04 persen), serta Investasi senilai Rp 90 miliar atau 0,88 persen.
"Secara data, Waskita telah banyak andil dalam pembangunan infrastruktur SDA yang mencapai 14,7 persen dari total 93 proyek yang saat ini tengah dikerjakan, perseroan telah menyelesaikan sejumlah kurang lebih sebanyak 15 bendungan," ujar dia.
Waskita, lanjut Ratna, optimistis dapat terus membangun infrastruktur Indonesia dengan kualitas yang terbaik. Ratna mengatakan kemampuan tersebut akan didukung oleh kondisi keuangan perusahaan yang akan mendapatkan penguatan permodalan melalui PT Hutama Karya pada 2024 sebesar Rp 12,5 triliun.
"Suntikan dana ini merupakan Penyertaan Modal Negara (PMN) yang diberikan pemerintah, sesuai usulan Kementerian BUMN, guna menunjang kebutuhan modal kerja PSN yang tengah dikerjakan oleh Waskita Karya," kata Ratna.