Kamis 19 Oct 2023 07:53 WIB

Bisnis Terus Merugi, Buah Simalakama Pertashop Jateng dan DIY

Kenaikan harga Pertamax berdampak pada omzet pengusaha Pertashop.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Friska Yolandha
Ilustrasi foto aktivitas pelayanan BBMdi Pertashop di pedesaan.
Foto:

Bisnis Pertashop yang banyak didirikan di wilayah pedesaan juga hadir di banyak Ponpes. Kehadiran Pertashop di Ponpes selain untuk menjamin ketersediaan dan distribusi BBM juga dimaksudkan untuk pemerataan ekonomi dan peluang usaha, melalui pemberdayaan ekonomi pesantren.

Namun, Pertashop milik Ponpes Nurul Quran di Desa Surusunda, Karangpucung, Kabupaten Cilacap justru saat ini hanya meraih omzet pas-pasan.

"Omzetnya sudah turun jauh, cuma cukup bayar anak-anak pondok yang bekerja di Pertashop dan bayar BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan mereka," tutur Penanggung jawab Pertashop Ponpes Nurul Quran, Sumaryanto.

Pertashop tersebut dikelola tiga orang admin dan dua orang operator. Saat dibuka pada April 2021 omzetnya sekitar 400 liter per hari dan masih cukup untuk biaya operasional dan biaya lainnya. Kemudian perlahan turun hingga sekarang hanya sekitar 250 liter per hari yang menurut Sumaryanto jauh sekali dari yang disampaikan Pertamina pada awalnya.

Permasalahan utama, adalah disparitas harga Pertamax dan Pertalite yang terlampau jauh. Padahal menurut Sumaryanto, apabila pemerintah ingin menghilangkan RON90, disparitas harga BBM bersubsidi tersebut dengan nonsubsidi seperti Pertamax harusnya diperkecil.

photo
Petugas mengisi Bahan Bakar Minyak (BBM) Pertamax ke kendaraan roda dua di Pertashop - (ANTARA/Indrayadi TH)

Daya beli masyarakat yang berkurang terhadap Pertamax juga didorong oleh kurangnya pengawasan terhadap BBM bersubsidi, sehingga banyak pengecer Pertalite, seperti Pertamini, yang kemungkinan besar mendapatkan BBM bersubsidi tersebut secara ilegal.

"Satu Pertashop di pesantren bersaing dengan 15 Pertamini dalam satu jalur. Itu permasalahan utama adalah oknum-oknum yang memanfaatkan disparitas harga itu untuk kepentingan pribadinya," keluhnya.

Ketua Paguyuban Pengusaha Pertashop Jawa Tengah dan DIY, Sadewo berharap agar Pemerintah memenuhi usulan mereka yang disampaikan melalui Komisi VII DPR RI pada Juli lalu. Mereka berharap dapat menjual Pertalite hingga gas elpiji 3 kg agar mampu bersaing dengan pengecer lainnya. Apalagi saat ini dari sekitar 420 pengusaha Pertashop yang bergabung paguyuban, hanya sekitar 200 lebih yang masih bisa bertahan.

"Karena kebanyakan pengusaha Pertashop ini kan ambil KUR (kredit usaha rakyat), sekarang mereka nggak untung, tetap buka yang penting bisa bayar cicilan," ungkap Sadewo.

Saat ini ada beberapa pebisnis Pertashop yang....

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement