Jumat 03 Nov 2023 19:44 WIB

Nyala Si Biru dari Sampah Busuk di Pusat Kuliner Cimanuk

Biodigester bisa berkontribusi dalam upaya pengolahan sampah sisa makanan masyarakat.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Agus Yulianto
Biodigester di Taman Tjimanoek.
Foto:

Tingginya volume sampah sisa makanan

Berdasarkan data dari United Nations Environment Programme (UNEP) atau Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 2020, Indonesia menempati peringkat keempat untuk tingkat food waste atau sampah makanan tertinggi di dunia. Yakni, sebesar 20,94 juta metrik ton. 

Hal itu juga terlihat dari data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI. Pada 2022, timbulan sampah Indonesia mencapai 35,95 juta ton per tahun. Jumlah itu meningkat dibandingkan 2021 yang mencapai 29,56 juta ton per tahun.

Jika dilihat dari jenis sampahnya, komposisi sampah didominasi oleh sisa makanan sebanyak 40,53 persen. Setelah itu disusul sampah plastik 18,13 persen, kayu ranting 13 persen, kertas karton 11,3 persen, logam 3,03 persen, kain 2,58 persen, kaca 2,21 persen, karet/kulit 2,13 persen dan sampah lainnya 7,09 persen. 

 

photo
Komposisi Sampah, Sumber : SIPSN KLHK RI Tahun 2022. - (Republika/Lilis Sri Handayani)

 

Kondisi serupa juga terjadi di Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan data dari SIPSN KLHK RI, pada 2022, untuk Jawa Barat, timbulan sampahnya mencapai 4,89 juta ton dan komposisi sampah sisa makanannya sebesar 41,62 persen. 

Persoalan penanganan sampah sisa makanan itu tidak bisa dilakukan sendirian oleh pemerintah. Dibutuhkan kolaborasi dengan berbagai pihak lainnya, termasuk BUMN, perusahaan swasta dan masyarakat.

Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI, Sigit Reliantoro mengatakan, saat ini kampanye mengenai pengelolaan sampah sisa makanan terus digalakkan.

‘’Saat ini sampah sisa makanan Indonesia mencapai 23 - 48 juta ton,’’ kata Sigit, saat menghadiri peresmian biodigester di Pusat Kuliner Cimanuk, Taman Tjimanoek Indramayu, Sabtu (28/10/2023).

Sigit pun mengapresiasi pembangunan dan pengoperasian biodigester oleh PT Polytama Propindo bagi para pelaku UMKM kuliner di Kabupaten Indramayu. Menurutnya, keberadaan biodigester itu bisa berkontribusi dalam upaya pengolahan sampah sisa makanan di tengah masyarakat.

Sigit menyebutkan, penerapan biodigester saat ini sudah diterapkan di Kantor KLHK di Jakarta. Selain itu, ada juga di Pasar Koja Jakarta.

Bupati Indramayu, Nina Agustina, berharap, agar makin banyak biodigester yang terpasang di Kabupaten Indramayu. Seperti misalnya di pasar-pasar dan lingkungan perumahan. Dia optimis, keberadaan fasilitas itu bisa mengatasi timbulan sampah sisa makanan sekaligus menghasilkan sumber energi terbarukan bagi warganya.

‘’Semoga perusahaan lain juga bisa melakukan hal yang sama seperti Polytama,’’ tutur Nina.

Strategy & Planning Director Polytama, Dwinanto Kurniawan, menyatakan, pihaknya memang berkomitmen untuk selalu berinovasi dalam mengolah sampah, termasuk sampah sisa makanan. Pasalnya, sampah selalu jadi masalah bagi masyarakat dan lingkungan.

‘’Polytama jadi pioneer dan bisa jadi contoh pelaku usaha yang lain untuk membuat seperti ini (biodigester). Sehingga penanganan sampah bisa lebih baik dan dari sisi keenomian juga bisa lebih menghemat pengeluaran masyarakat,’’ cetus Dwinanto.

Dwinanto mengatakan, sebagai anak perusahaan dari Tuban Petrochemical Industries dan menjadi bagian dari Pertamina Group, Polytama berkomitmen terus memberikan kontribusi terbaik untuk kelestarian dan keberlanjutan lingkungan di Kabupaten Indramayu. 

Berdiri sejak 30 tahun lalu di Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu, perusahaan penghasil resin polipropilena (PP) itu juga telah membuat sejumlah terobosan dalam bidang CSR-nya.

Di antaranya, melakukan revitalisasi Taman Keanekaragaman Hayati (Taman Kehati) Indramayu. Melalui revitalisasi itu, Taman Kehati kini tak hanya berfungsi sebagai ruang terbuka hijau (RTH), namun juga landmark baru Indramayu. Lokasi itupun menjadi sarana edukasi, rekreasi serta pengembangan flora dan fauna.

Taman Kehati Indramayu bahkan memperoleh rekor MURI untuk Taman Kehati sebagai Replika Ekosistem Rawa Gelam Pertama di Pulau Jawa. Polytama juga mendatangkan beberapa ekor Rusa Jawa (Rusa timorensis) sebagai penghuni taman tersebut.

 

Selain itu, Polytama juga mewujudkan Ekoriparian Taman Tjimanoek. Berkat sumbangsih Polytama, bantaran Sungai Cimanuk itu kini menjadi magnet bagi masyarakat untuk berekreaasi dan menjadi kebanggaan masyarakat Indramayu. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement