EKBIS.CO, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pengangguran di Indonesia mencapai 7,86 juta orang per Agustus 2023. Dari angka tersebut, penduduk usia produktif dari kalangan generasi Z disebut menyumbang kontribusi terbesar jumlah pengangguran di Tanah Air.
Pengamat ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda mengatakan salah satu faktor tingginya pengangguran dari kelompok generasi Z yaitu karena terlalu selektif dalam memilih pekerjaan.
"Mereka lebih mengutamakan work life balance," kata Huda saat dihubungi, Sabtu (11/11/2023).
Dibandingkan kelompok usia lainnya, generasi Z memang lebih banyak dari sisi jumlah. Dengan pengalaman yang minim, menurut Huda, generasi Z sangat sulit bersaing dengan yang sudah jauh lebih matang.
Selain itu, Gen Z ini dengan informasi yang sangat terbuka dan mampu menyerap informasi mana pun, membuat lebih selektif dalam memilih pekerjaan. Mereka biasanya mengandalkan keseimbangan antara pekerjaan dengan kehidupan pribadi atau keluarga untuk menentukan tempat bekerja.
Secara sektoral, lanjut Huda, generasi Z juga lebih memilih sektor yang dekat dengan teknologi dan industri kreatif. Di sisi lain, sektor teknologi atau digital belum menyerap tenaga kerja secara optimal.
Berdasarkan survei angkatan kerja nasional (Sakernas) pada Agustus 2023, jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 7,86 juta dari total angkatan kerja mencapai 147,71 juta orang. Mayoritas didominasi oleh penduduk usia 15-24 tahun atau yang tergolong generasi Z.
BPS mencatat, tingkat pengangguran terbuka (TPT) per Agustus 2023 sebesar 5,32 persen turun dari level Agustus 2022 sebesar 5,86 persen. Hal ini lantaran jumlah pengangguran juga turun 560 ribu orang dari Agustus 2022.
Berdasarkan catatan tersebut, terdapat sekitar lima pengangguran dari setiap 100 orang. Jumlah TPT penduduk kelompok umur muda, merupakan yang tertinggi, mencapai 19,40 persen meskipun levelnya turun dari Agustus 2022 sebesar 20,63 persen.