Selasa 14 Nov 2023 22:54 WIB

Pengembangan UMKM Dinilai Salah Satu Cara Atasi Kemiskinan

Debitur yang sudah melakukan penjualan secara online sebanyak 56,3 persen.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Lida Puspaningtyas
Pedagang menjual produknya dengan melakukan live streaming di Pasar ITC Cipulir Mas, Jakarta, Jumat (29/9/2023). Hendra pemiliki toko grosir busana muslimah mengaku penjualan onlinenya mengalami penurunan hingga 70 persen semenjak 2022 lalu, Ia meyakini kondisi tersebut lantaran menurunnya daya beli masyarakat baik serta persaingan harga dengan barang import yang jauh lebih murah ketimbang harga produk lokal.  Sementara pemerintah berencana melarang media sosial untuk melakukan transaksi jual beli melalui revisi Permendag Nomor 50 tahun 2020 tentang Ketentuan Perizinan Usaha, Periklanan, Pembinaan dan Pengawasan Pelaku Usaha dalam Perdagangan melalui Sistem Elektronik. Meski demikian, Hendra mengaku keberatan jika ada penutupan transaksi melalui media sosial, Ia berharap pemerintah juga dapat membenahi regulasi terkait barang impor.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Pedagang menjual produknya dengan melakukan live streaming di Pasar ITC Cipulir Mas, Jakarta, Jumat (29/9/2023). Hendra pemiliki toko grosir busana muslimah mengaku penjualan onlinenya mengalami penurunan hingga 70 persen semenjak 2022 lalu, Ia meyakini kondisi tersebut lantaran menurunnya daya beli masyarakat baik serta persaingan harga dengan barang import yang jauh lebih murah ketimbang harga produk lokal. Sementara pemerintah berencana melarang media sosial untuk melakukan transaksi jual beli melalui revisi Permendag Nomor 50 tahun 2020 tentang Ketentuan Perizinan Usaha, Periklanan, Pembinaan dan Pengawasan Pelaku Usaha dalam Perdagangan melalui Sistem Elektronik. Meski demikian, Hendra mengaku keberatan jika ada penutupan transaksi melalui media sosial, Ia berharap pemerintah juga dapat membenahi regulasi terkait barang impor.

EKBIS.CO, JAKARTA -- Pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dinilai salah satu cara mengentaskan kemiskinan. Maka, PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) berupaya meningkatkan kontribusi UMKM terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

“Untuk itu peran masyarakat, termasuk pelaku usaha ultra mikro agar terus semakin berdaya. Mengambil peran meningkatkan social value di dalam negeri,” ujar Direktur Bisnis Mikro BRI Supari dalam keterangan resmi yang dikirimkan Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop), Selasa (14/11/2023).

Baca Juga

Ia mengatakan, berbicara 10 tahun yang akan datang, sekitar 2035, penduduk Indonesia diproyeksi mencapai 365 juta, sekitar 50 persennya merupakan perempuan. Sementara postur UMKM juga bertambah, jika sekarang sebanyak 64 juta UMKM, maka diperkirakan bertambah menjadi 83 juta.

“Namun posturnya tidak berubah, tetap didominasi oleh ultra mikro yang melakukan usahanya demi mencukupi kehidupan sehari-hari. Maka, jika dua postur tersebut yakni dominasi perempuan dan ultra mikro tidak diatasi dengan membentuk peta jalan model pemberdayaan, maka menjadi rentan dan berpotensi menjadi beban di masa akan datang,” jelas Supari.

Kemenkop pun mengapresiasi langkah BRI yang merilis indeks digitalisasi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Perilisan itu melalui Lembaga Riset BRI (BRIRINS) yang akan menjadi tolak ukur pengembangan UMKM di Tanah Air.

Staf Khusus Menteri Koperasi Bidang Pemberdayaan Ekonomi Kreatif Kemenkop Fiki Satari mengatakan, publikasi hasil penelitian Indeks Digitalisasi UMKM dan pembukaan Program Pemberdayaan Akselerasi Digital bagi Pelaku Usaha Perempuan merupakan dua langkah penting ke depan. Itu sebagai upaya mendukung dan memberdayakan UMKM di Indonesia.

Hasil temuan riset survei BRI dan BRI Research Institute pada kuartal I 2023 menunjukkan, debitur yang sudah melakukan penjualan secara online sebanyak 56,3 persen menyatakan volume penjualannya meningkat. Lalu sebanyak 52 persen menyatakan omzet usahanya meningkat. Sementara sebesar 51,6 persen menyatakan keuntungan usaha meningkat.

Dikatakan, Indonesia memiliki potensi ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara. Valuasi potensialnya mencapai Rp 5.400 triliun pada 2030 dengan jumlah 212 juta pengguna internet menjadikan Indonesia sebagai target pasar yang besar dan luas.

Meski begitu, lanskap digital Indonesia saat ini sebagian besar berfokus pada konsumsi dan pembelian. “Untuk mengatasi hal ini, kita harus meningkatkan kemampuan digital dalam produksi, dan mendukung UMKM kita untuk menjadi pemain kunci di pasar domestik,” kata Fiki.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement