EKBIS.CO, 1JAKARTA -- Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas mengungkapkan imbas dsri seruan boikot kini sudah berdampak kepada penurunan omzet. Dia menututkan penurunan tersebut sangat terasa untuk kelompok produk fast moving consumer goods (FMCG).
"Yang FMCG itu sudah turun 40 persen. Bukan kebutuhan pokok, tapi yang kebutuhan sehari-hari," kata Roy saat ditemui usai acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia di Gedung BI, Rabu (29/11/2023).
Dia mencontohkan mulai dari susu bayi, susu anak, susu lansia dengan merek-merek tertentu yang disebarluaskan di media sosial untuk diboikot sudah mengalami penurunan omzet. Secara keseluruhan, Roy menuturkan penurunan penjualan sudah mencapai 20 persen pada produk-produk tersebut.
"Ini tentunya kita nggak berharap menjadi keberlanjutan karena ya ini menjadi satu fenomenal karena pada saat kita juga mau menjaga keutuhan ekonomi kita juga kan," jelas Roy.
Roy menambahkan, seruan boikot produk Israel bisa berdampak besar terhadap angka pertumbuhan ekonomi kuartal III 2023. Dia memproyeksikan, laju ekonomi sepanjang tahun ini bisa di bawah lima persen.
"Kuartal III kita sudah turun jadi 4,9 persen, padahal ketika kuartal II 5,17 persen, kuartal I 5,03 persen. Jadi kemungkinan besar kuartal empat ini kita juga turun. Bukan 4,9 persen, bisa cuman 4,6 persen mungkin," ucap Roy.
Dia mengkhawatirkan, pertumbuhan ekonomi nantinya secara tahunan tidak bisa mencapai lima persen. Hal tersebut dikhawatirkan dengan adanya penurunan pada kuartal III dan kuartal IV bisa hanya mencapai 4,7-4,8 persen.
Untuk itu, Roy mengharapkan pemerintah dapat segera memberikan pernyataan resmi mengenai upaya boikot produk yang terafiliasi Israel.
"Tidak hanya lisan, resmi itu ada tulisannya, ada dalam bentuk surat edaran, ada dalam bentuk ya mungkin tidak hanya satu kementerian tapi kementerian terkait lainnya supaya pemahaman terhadap yang diboikot ini adalah produk yang diproduksi di Israel," tutur Roy.