EKBIS.CO, MIMIKA -- Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI) Tony Wenas mengatakan bahwa pembangunan smelter tembaga di Fakfak, Papua Barat masih menunggu kepastian perpanjangan kontrak izin usaha pertambangan khusus (IUPK).
"Belum tahu, itu kan bagian dari perpanjangan (kontrak). Kalau jadi, baru kita mulai studi, baru kita mulai lihat," ujar Tony di sela-sela kunjungan lokasi tambang tembaga di Tembagapura, Mimika, Papua Tengah, Jumat (1/12/2023).
Tony menyampaikan, pihak PTFI belum bisa memberikan gambaran secara pasti seberapa potensial pembangunan smelter tembaga di Fakfak.
Menurutnya, hal ini tidak bisa diproyeksikan secara kasar mata, namun harus berdasarkan data dari studi kelayakan atau feasibilty study (FS). Dari hasil analisis tersebut, maka bisa didapatkan perolehan nilai kapitalnya.
Diketahui, PTFI telah berkomitmen untuk membangun smelter yang lokasinya berada pada Kawasan Terpadu, Fakfak. Pada kawasan yang sama, juga akan dibangun pabrik pupuk milik PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim).
Pembangunan smelter tembaga di Fakfak, merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh PTFI untuk perpanjangan kontrak IUPK yang berakhir pada 2041. Syarat lainnya adalah penambahan saham pemerintah melalui MIND.ID sebanyak 10 persen atau menjadi 61 persen.
Sementara itu, saat ini PTFI sedang menyelesaikan pembangunan smelter di Kawasan Ekonomi Khusus Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur.
Smelter ini diharapkan dapat beroperasi secara ramp-up atau bertahap mulai Mei 2024 dan dapat berproduksi penuh di Desember 2024.
"Mulai beroperasi tahun 2024 bulan Mei ramp-up. 100 persen kapasitas produksi baru bisa dicapai bulan Desember 2024," kata Tony.
Setelah beroperasi penuh, smelter mampu mengolah konsentrat tembaga dengan kapasitas produksi 1,7 juta dry metric ton (dmt) dan menghasilkan katoda tembaga hingga 600.000 ton per tahun.
Smelter Gresik, merupakan smelter kedua yang dimiliki oleh PTFI. Dalam pembangunan smelter kedua ini, PTFI menanamkan investasi 2,9 miliar dolar AS atau setara Rp43 triliun per akhir Oktober 2023, dari total anggaran 3 miliar dolar AS.
Adapun smelter pertama PTFI dibangun pada 1996 dengan nama PT Smelting Gresik. Kedua fasilitas smelter ini adalah komitmen dan keseriusan PTFI dalam mendukung program hilirisasi nasional.