Selasa 26 Dec 2023 15:10 WIB

Johnson&Johnson Tambah Diboikot, Mantan Petinggi Serukan Pembunuhan Warga Palestina

Johnson and Johnson didompeng oleh Vanguard, Blackrock.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Lida Puspaningtyas
Kantor Johnson & Johnson
Foto:

Perusahaan raksasa di bidang layanan kesehatan dan barang konsumsi, Johnson & Johnson, dalam sorotan dunia atas hubungannya dengan Israel. Perusahaan menghadapi pengawasan ketat atas dugaan hubungannya dengan Israel.

Terlepas dari reputasi globalnya dan komitmennya terhadap perilaku etis, penerimaan perusahaan terhadap Penghargaan Jubilee Israel pada tahun 1998 dan investasi strategis selanjutnya di kawasan ini telah membayangi pendirian etisnya.

Penerimaan Johnson & Johnson atas Jubilee Award yang diberikan oleh Perdana Menteri Israel Netanyahu, dan akuisisi besar Biosense sebesar 400 juta dolar AS menggarisbawahi keterlibatan perusahaan tersebut dalam lanskap ekonomi Israel.

Tindakan-tindakan ini, yang seolah-olah merayakan hubungan ekonomi, mengundang skeptisisme mengenai pertimbangan etis yang mengatur keputusan strategis Johnson & Johnson dan meningkatkan kekhawatiran mengenai keselarasan etika di tengah kompleksitas geopolitik.

Perluasan jejak Johnson & Johnson di Israel melalui kolaborasi, investasi, dan pendirian inkubator bioteknologi menghadirkan dikotomi antara upaya perusahaan dalam melakukan inovasi ilmiah dan potensi kompromi etika yang diperlukan dalam keterlibatannya di wilayah yang sensitif secara politik.

"Garis kabur antara kepentingan perusahaan dan tanggung jawab etis semakin mencemari reputasi perusahaan," tulis laporan yang dilansir mayniaga pada Selasa (26/12/2023).

Komitmen Johnson & Johnson terhadap solusi layanan kesehatan yang komprehensif sangat bertentangan dengan dugaan keterlibatannya dalam bidang ekonomi dan politik Israel yang penuh kontroversi. Kehadiran perusahaan secara global yang luas dan disandingkan dengan dugaan keterkaitannya dengan perekonomian Israel memicu perdebatan mengenai etika perusahaan, motif yang berorientasi pada keuntungan, dan masalah moral yang dihadapi oleh perusahaan multinasional

Terungkapnya kontribusi keuangan besar Johnson & Johnson kepada Israel dan kelompok afiliasinya memperburuk kekhawatiran mengenai pedoman etika perusahaan.

Hubungan Johnson & Johnson dengan Israel, mulai dari penghargaan bergengsi hingga keterlibatan finansial yang signifikan, menimbulkan pertanyaan mendasar tentang kewajiban etika perusahaan multinasional.

Ketika gerakan global yang menganjurkan boikot dan protes terhadap entitas yang terkait dengan Israel mendapatkan momentumnya, afiliasi perusahaan tersebut menimbulkan tantangan besar terhadap kredibilitasnya dan posisi di antara konsumen yang menghargai pertimbangan etis dalam pilihan mereka

Perbedaan antara nilai-nilai yang dianut Johnson & Johnson dan tindakannya sehubungan dengan Israel menumbuhkan skeptisisme dan dilema etika di kalangan konsumen.

"Pengawasan seputar dugaan hubungan dukungan perusahaan dengan Israel menempatkan perusahaan pada titik kritis, di mana tanggapan dan transparansi mengenai keterlibatan ini akan secara signifikan membentuk reputasi dan persepsi konsumen di masa depan," tutupnya.

Johnson & Johnson sendiri adalah raksasa global di bidang farmasi, bahan medis, dan produk keseharian. Perusahaan sudah berdiri sejak 1886 diusung oleh kakak beradik Robert, James, dan Edward Johnson di Amerika Serikat. J&J kini punya 260 perusahaan operasional di 60 negara dengan 134 ribu karyawan.

Pemilik utamanya adalah perusahaan yang disebut-sebut sebagai "sindikat" Israel, seperti Vanguard Group Inc, BlackRock, State Street Corp, JPmorgan, dan Morgan Stanley.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement