EKBIS.CO, JAKARTA -- Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS di akhir perdagangan Kamis meningkat di tengah sinyal penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI Rate ke depan.
"Penurunan suku bunga bisa berdampak terhadap penurunan bunga kredit sehingga berdampak terhadap pembangunan infrastruktur dan konsumsi masyarakat yang menggeliat," kata Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam pernyataannya di Jakarta, Kamis (18/1/2024).
Berdasarkan pernyataan Gubernur BI Perry Warjiyo, ada sejumlah kriteria untuk penurunan suku bunga BI Rate, yakni seberapa cepat penguatan nilai tukar rupiah, tetap terkendalinya inflasi khususnya inflasi inti dan inflasi pangan serta perkembangan dukungan kredit di dalam pembiayaan ekonomi yang akan mendukung pertumbuhan ekonomi. Di sisi global, sentimen pasar dipengaruhi oleh ketidakpastian waktu penurunan suku bunga kebijakan Amerika Serikat atau Fed Funds Rate (FFR).
Ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga di bulan Maret telah berkurang menjadi peluang 62,2 persen dibandingkan perkiraan 76,9 persen di sesi sebelumnya, menurut FedWatch Tool dari CME.
Di Asia, ekonomi China tumbuh sedikit lebih rendah dari perkiraan pada kuartal keempat, dan hampir tidak melampaui perkiraan pemerintah sebesar 5 persen untuk pertumbuhan pada 2023.
Angka tersebut menunjukkan bahwa pemulihan pascapandemi Covid-19 hanya memperoleh sedikit momentum selama setahun terakhir, dan memberikan dampak yang lumayan bagi China pada 2024.
Pada penutupan perdagangan Kamis, rupiah menguat sebesar 19 poin atau 0,12 persen menjadi Rp 15.624 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp 15.643 per dolar AS.
Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Kamis juga naik ke posisi Rp15.630 per dolar AS dari posisi sebelumnya Rp15.639 per dolar AS.