EKBIS.CO, AMSTERDAM -- Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM), Teten Masduki, menggelar pertemuan bilateral dengan Deputi Menteri Hubungan Ekonomi dan Kebijakan Iklim Belanda, Sandor Gaastra, untuk memperkuat kemitraan ekonomi, khususnya kewirausahaan dan rantai pasok global.
“Indonesia merupakan bagian dari ASEAN. Dalam konteks global, ASEAN perlu berani mengklaim dirinya sebagai global hub produksi pertanian dan perikanan budidaya,” kata MenKopUKM dalam rangkaian kunjungan kerja di Belanda, Kamis (25/01).
Produk perikanan ASEAN menyumbang 21,9 persen dari total produksi perikanan dunia dan diprediksi meningkat setiap tahunnya. Negara-negara ASEAN khususnya Indonesia, Vietnam, dan Thailand juga berkontribusi sebesar 16,5 persen terhadap ekspor udang dunia.
“Tidak hanya perikanan, ASEAN juga merupakan hub produksi buah-buahan tropis dan pertanian. Nanas misalnya, menyumbang sekitar 27 persen produksi nanas dunia,” ucapnya.
MenKopUKM mengatakan, untuk menjadi pusat pertanian dan budi daya perikanan global, ASEAN menghadapi tantangan dalam menyediakan ekosistem bisnis yang memfasilitasi usaha mikro dan kecil untuk tumbuh dan berkembang melalui koperasi dan kemitraan rantai pasokan.
“Saya tahu Belanda sangat kuat dalam rantai nilai global. Dalam kunjungan ini, kami ingin mendatangi beberapa UKM di Belanda yang terkait dengan rantai pasokan global. Khususnya di industri pertanian, akuakultur, dan manufaktur,” kata MenKopUKM.
Selain itu, kunjungan MenKopUKM ke Belanda juga dimaksudkan untuk mendapat informasi secara langsung tentang kebijakan dan program Belanda dalam mempromosikan UKM/Start-up.
Khususnya pengembangan kewirausahaan termasuk UKM/Start-up yang inovatif, program dukungan untuk UKM yang terlibat dalam rantai nilai global, program pitching untuk Start-up, dan program alokasi pengadaan pemerintah untuk UKM.
Dalam pertemuan tersebut, MenKopUKM menjabarkan, struktur populasi pengusaha Indonesia yang mencapai lebih dari 64 juta unit usaha dan 127 ribu koperasi. Peran UMKM dalam perekonomian nasional Indonesia sangat sentral, mengingat 99 persen pengusaha di Indonesia adalah pelaku UMKM.
“UMKM menyumbangkan kontribusi terhadap PDB sebesar 61 persen, serta menyerap 97 persen dari total tenaga kerja. Namun, rasio kewirausahaan Indonesia baru mencapai 3,47 persen dan rasio rantai nilai global sebesar 4,1 persen,” katanya.
Menurut Menteri Teten, terdapat tiga tantangan yang dihadapi UMKM Indonesia yaitu, Akses Pembiayaan dan Permodalan, Akses Pasar dan Promosi, serta Akses Bahan dan Alat Produksi.
Untuk itu, dalam mengatas tiga tantangan tersebut, Pemerintah dalam hal ini Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) memiliki empat strategi besar dalam upaya pengembangan koperasi dan UMKM.
Pertama, Akses Pasar dan Ekspansi Digital. Kedua, Peningkatan Akses terhadap Pembiayaan. Ketiga, Perluasan Kemitraan Strategis, serta keempat, Peningkatan Kapasitas SDM Koperasi dan UMKM.
“Terkait dengan program Pengembangan Kewirausahaan Nasional, kami melaksanakan beberapa program pendukung lainnya. Yaitu Entrepreneur Development (Konsultasi dan Pendampingan Bisnis), iStartup.id (Inkubasi dan Akselerasi Bisnis), EFF (Program Akses Finansial), E-Hub (Platform Ekosistem Wirausaha Terpadu), dan Transformasi Digital UMKM,” kata Menteri Teten.
Indonesia mempunyai 400 koperasi modern. Sebanyak 220 koperasi modern di antaranya, merupakan koperasi pertanian, sedangkan 180 lainnya merupakan koperasi non-pertanian.
KemenKopUKM sendiri memiliki dua Badan Layanan Umum (BLU) Koperasi dan UMKM, yaitu Badan Pengelola Dana Bergulir (LPDB) dan Badan Pelayanan Pemasaran (LLP) atau sering disebut SMESCO.
Pada kunjungan tersebut Menteri Teten dan rombongan mengadakan kunjungan ke beberapa lembaga di Belanda yang terkait dengan rantai pasokan global, terutama di industri pertanian, akuakultur, dan manufaktur, salah satunya mengunjungi Nederlandse Organisatie voor Wetenschappelijk Onderzoek (NWO) yang merupakan lembaga riset.
”Saya berharap melalui kunjungan ini kita bisa belajar bagaimana kebijakan dan program Belanda dalam mempromosikan UKM dan start-up, terutama pengembangan kewirausahaan inovatif dan program dukungan pada UKM yang terlibat dalam rantai nilai global,” kata MenKopUKM.