EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto optimistis terhadap prospek perekonomian ke depan. Itu didukung oleh aktivitas sektor manufaktur Indonesia yang masih terus menggeliat.
Laporan Purchasing Managers Index (PMI) yang diterbitkan S&P Global pada 1 Februari 2024 menunjukkan, output sektor manufaktur Indonesia pada Januari 2024 melanjutkan ekspansi selama 29 bulan berturut-turut pada level 52,9. Angka itu lebih tinggi dari Desember 2023 yang di level 52,2.
Angka PMI Manufaktur Indonesia menjadi yang tertinggi di kawasan ASEAN. Bahkan mengungguli Filipina (50,9), Malaysia (49,0), Thailand (46,7), dan Myanmar (44,3).
“Kinerja sektor manufaktur yang terus ekspansif perlu diapresiasi. Pemerintah juga akan terus bekerja keras menciptakan iklim usaha yang kondusif sehingga performa positif ini dapat terus ditingkatkan," ujar Airlangga dalam keterangan resmi yang dikutip Sabtu (3/2/2024).
Terkendalinya inflasi dan PMI yang terus ekspansif, kata dia, diharapkan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Disebutkan, realisasi inflasi Indonesia pada Januari 2024 terjaga stabil dan terkendali pada rentang target sasaran 2,5 plus minus satu persen.
Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Januari 2024 tercatat sebesar 2,57 persen year on year (yoy) atau menurun dibandingkan Desember 2023 sebesar 2,61 persen yoy. Realisasi inflasi tersebut juga lebih rendah dibandingkan capaian inflasi Januari 2023 sebesar 5,28 persen yoy.
“Kita bersyukur capaian inflasi di Januari tetap terkendali. Di tengah ketidakpastian yang masih tinggi, salah satunya gangguan cuaca dari El Nino yang masih berlangsung, kita mampu mengendalikan inflasi dalam kisaran sasaran target. Capaian inflasi yang terjaga stabil dalam kisaran sasaran ini menunjukkan daya beli kita masih baik,” tuturnya.
Secara bulanan, inflasi Januari 2024 dipengaruhi oleh pergerakan komponen harga bergejolak dan inti. Komponen harga pangan bergejolak (volatile food/VF) mengalami peningkatan tercatat sebesar 0,01 persen month to month (mtm) atau 7,22 persen yoy.
Curah hujan yang tinggi terutama di daerah sentra hortikultura berakibat pada gagal panen dan mendorong kenaikan harga tomat dan bawang merah. Selain itu, harga beras masih mengalami kenaikan seiring pasokan yang terbatas karena belum masuknya musim panen. Namun demikian, inflasi VF tertahan oleh harga aneka cabai yang mulai menurun.