Hal ini menyebabkan ongkos kirim barang dari, misalnya, Eropa atau Amerika Serikat, mengalami peningkatan harga, sehingga membebani perusahaan-perusahaan yang melakukan ekspor dan impor karena biaya produk melambung tinggi.
“Nah, ini menjadi perhatian kita, karena kalau dari segi rupiah, rupiah kita relatif (lebih stabil karena inflow dana asing di pasar modal) sebenarnya. Kalau menurut pendapat kami, ini (rupiah) kelihatannya sedikit over value, ya,” kata dia.
Ke depan, David menilai rupiah cenderung akan mengalami pelemahan mengingat China mengalami perlambatan ekonomi. Begitu pula dengan negara-negara yang berhubungan dengan China, seperti mata uang yen Jepang mengalami pelemahan hingga 150 yen per dolar AS atau 13 persen pada tahun ini.
“Negara-negara yang related ke China ini juga kelihatan kecenderungannya, mata uangnya melemah juga ya, termasuk juga Korean won (dan mata uang emerging currency di Asia Tenggara),” ungkapnya.