Operasi militer Israel di Gaza hingga saat ini masih gencar dilakukan, jumlah korban warga sipil telah mencapai 30 ribu. Sejak perang di Gaza pada 7 Oktober 2023, Mohammed Hamed, warga Oman, memutuskan tak menyentuh lagi minuman ringan favoritnya, Mountain Dew.
‘’Saya minum Mountain Dew hampir tiap hari, sekarang berhenti,’’ katanya. Kini ia mengganti mereka minuman kesayangannya dengan minuman Thailand dan Kinsa, merek minuman asal Arab Saudi.
Tak hanya minumannya, Hamed mengubah pula kebiasaan belanjanya. Ia memboikot supermarket Barat di Oman untuk menunjukkan solidaritasnya terhadap Palestina. ‘’Saya tak pernah menginjakkan kaki di Careffour sejak perang di Gaza bermula,’’ ungkapnya.
Ia merujuk jaringan hypermarket asal Prancis yang memiliki tiga toko di Muscat. Kini, ia berbelanja di Viva, jaringan supermarket dengan spesialisasi menawarkan merek-merek produk non-Barat. Memasok cairan pencuci dari Cina dan Malaysia, camilan dan minuman dari Saudi.
Hamed lalu menunjukkan telepon genggamnya berisi postingan foto Aaron Bushnell, personel Angkatan Udara AS yang membakar dirinya di depan Kedubes Israel di Washington, pada 25 Februari 2024 sebagai protes dukungan AS terhadap operasi militer Israel di Gaza.
Selain foto Bushnell ada pula kutipan di dalamnya,’’Aaron Bushnell mengorbankan hidupnya dalam protes membela Palestina dan kalian tak tahan untuk tak minum Starbucks!’’ Hamed merasa terlibat begitu dalam dengan situasi saat ini.
Ia mengakui mulai terganggu dengan melihat banyak video mengenai Gaza. Banyak sekali penderitaan, kata dia, yang diderita warga Gaza. Aksi boikot di Oman telah dimulau sejak operasi militer Israel di Gaza yang telah menyebabkan penjualan perusahaan AS anjlok.
Termasuk di dalamnya McDonald's and Starbucks. Dan masyarakat Oman memutuskan untuk menggunakan merek alternatif yang berasal dari negara non-Barat atau negara Muslim. Seperti warga Oman lainnya, Hamed masih melakukan boikot sampai sekarang.
Seorang pegawai Pemerintah Oman, mengungkapkan, gerakan boikot sudah dimulai sejak awal perang di Gaza. Ini gerakan spontan, tak diorganisasi. ‘’Mayoritas warga Oman aktif dalam gerakan boikot ini,’’ katanya.
‘’Ada perguliran di pasar, di setiap produk konsumen dalam kehidupan mereka. Bahkan, merek-merek dagang asal Oman mendapatkan keuntungan tersebut,’’ jelasnya. Ia menambahkan, perubahan itu terlihat di seantero Muscat.
Di toko-toko dan stasiun pengisian BBM, tak adanya lagi merek-merek ikonik AS seperti Coca-Cola dan Pepsi kemudian digantikan dengan minuman serta camilan yang bukan produk Barat. Ini, jelas dia, bukti perubahan signifikan market di Oman sejak perang di Gaza.
‘’Kami hanya mempunyai Kinsa Cola, sebab masyarakat Teluk mendukung rakyat Palestina.’’ Pegawai toko di stasiun pengisian BBM mengonfirmasi hal ini. Menurut dia, warga Oman akan mengecek lebih dulu asal produk sebelum membelinya. Mereka tak sudi beli produk AS.
Di banyak toko, rak-rak yang semula berisi Pepsi dan Coke, diganti dengan Kinsa, minuman ringan yang dibuat Al Jameel International, perusahaan asal Saudi. Kalau pun masih ada, maka di sampingnya akan dipajang produk alternatifnya.
Misalnya, produk cokelat asal AS, Hershey's tersedia di stasiun pengisian BBM milik Shell. Di sampingnya, terdapat produk cokelat alternatif termasuk Today merek asal Yordania dan Trixx, yang didistribusikan Talabat, perusahaan yang berbasis di Dubai.